Anak muda zaman sekarang lebih banyak memilih kegiatan di dalam rumah seperti membuat konten di sosial media atau melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dibandingkan mengikuti kegiatan sosial seperti karang taruna. Saat ini, banyak organisasi Karang Taruna yang kurang aktif berkegiatan. Berbeda dengan karang taruna di Blok T Perumnas, Telukjambe Timur, Karawang. Karang Taruna ini aktif dalam melakukan kegiatan seperti berbagi ke Panti Asuhan, mengadakan kegiatan Pesantren Kilat saat bulan puasa untuk memberikan kegiatan positif mengenai kegiatan keagamaan, Sosialisasi BNN, Kegiatan kemanusiaan dengan donasi ke korban bencana, dan kegiatan lainnya.
Menjaga keaktifan kegiatan karang taruna ini memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut seperti sering terjadi kesalahpahaman di lingkungan tersebut ketika akan melakukan kegiatan. Hal ini terjadi karena tidak terjalin komunikasi yang baik dengan perangkat RW. Tidak hanya itu saja. Ada juga kesalahpahaman antara warga sekitar dengan remaja Karang Taruna karena kurangnya komunikasi antara anggota Karang Taruna dan warga sekitar. Menurut William B Gudykunst dan Young Yun Kim mengembangkan teori Komunikasi Antarbudaya yang menyoroti pentingnya komunikasi efektif di antara individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Dalam organisasi yang beragam, kebersamaan dapat dibangun melalui pengembangan kompetensi komunikasi antarbudaya yang memungkinkan individu berinteraksi dengan lebih baik, memahami perbedaan budaya dan mengurangi komunikasi. Tantangan lainnya adalah menjaga keaktifan Karang Taruna karena sulit mengajak remaja untuk aktif berorganisasi. Anggota Karang Taruna di Blok T saat ini berjumlah 21 orang.
Dalam pendanaan, karang taruna di blok T memiliki donatur. Donatur tersebut berasal dari warga sekitar yang mampu secara ekonomi dan dana dari RW. Mereka juga memiliki uang kas untuk membantu dana yang kurang ketika akan mengadakan suatu kegiatan. Karang Taruna ini dibagi beberapa divisi untuk mempermudah pekerjaan, diantaranya yaitu divisi kerohanian, divisi olahraga, divisi publikasi dan dokumentasi dan divisi sosial budaya. Mereka juga memiliki sosial media untuk menginformasikan kegiatan mereka.
Menurut Vroom (Teori Harapan), individu akan termotivasi jika mereka percaya bahwa usaha mereka akan menghasilkan kinerja yang baik, kinerja tersebut akan membawa penghargaan, dan penghargaan tersebut bernilai bagi mereka. Dalam memotivasi para anggota agar terus aktif berkegiatan di karang taruna, ketua Karang Taruna sering memberikan apresiasi dan reward kepada anggotanya. Reward tersebut berupa acara makan bersama dengan seluruh anggota sebagai apresiasi atas kinerja mereka dalam menyelesaikan suatu kegiatan. Selain itu, dari anggota pun menanamkan rasa memiliki dan rasa pentingnya Karang Taruna dalam kehidupan bersosialisasi untuk kehidupan mereka ke depan. Para anggota Karang Taruna pun berencana untuk selalu mendengarkan pendapat warga sekitar dan mengembangkan serta membuat ide-ide kreatif dalam pembuatan program kerja agar bisa diterima oleh warga sekitar.
Menurut Robin Ely dan David Thomas (2001) dalam teori Integrasi dan Pembelajaran berpendapat bahwa organisasi yang memanfaatkan keberagaman sebagai sarana untuk belajar dan berinovasi akan lebih berhasil. Dalam organisasi Karang Taruna ini, terdapat keberagaman usia antar anggotanya. Diketahui usia seluruh pengurus Karang Taruna Blok T antara 16-21 tahun. Dengan keberagaman yang dimiliki Karang Taruna ini, tidak menjadi masalah besar justru dapat meningkatkan pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan program kerja. Ketua Organisasi Karang Taruna ini sangat mementingkan perilaku kesetaraan terhadap anggotanya dengan bersikap adil kepada seluruh anggotanya sehingga menimbulkan suasana yang positif dan kerjasama tim yang bagus dalam melaksanakan tugas mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H