Mohon tunggu...
yusnitacindi
yusnitacindi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Saya suka melihat konten-konten kecantikan, lifestyle, dan hobi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Endorsement TikTokers: Strategi Efektif atau Manipulasi Gaya Hidup?

13 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   11:30 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Dunia pemasaran modern memiliki banyak strategi yang inovatif untuk menarik perhatian konsumen, endorsement melalui media sosial telah menjadi salah satu strategi yang paling efektif untuk menjangkau para konsumen. Di antara berbagai platform yang ada, TikTok muncul sebagai media yang menonjol dengan daya tarik yang kreatif dan interaktif. Para TikTokers atau influencer memainkan peran signifikan dalam memengaruhi keputusan pembelian audiens. Endorsement tidak lagi hanya sekadar iklan, tetapi sebuah bentuk komunikasi yang menciptakan kepercayaan dan loyalitas terhadap brand.  

Indonesia, dengan populasi lebih dari 278 juta jiwa menurut data We Are Social, menjadi pasar yang sangat potensial bagi strategi pemasaran berbasis media sosial. Tingginya penetrasi pengguna media sosial, mencapai 97,8% dari total populasi, memberikan peluang besar bagi brand untuk memanfaatkan platform seperti TikTok. Sebagai salah satu dari 20 situs web paling banyak digunakan di Indonesia, TikTok memiliki posisi strategis untuk menjangkau konsumen melalui konten yang inovatif dan relevan.  

Selain populasi yang besar, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia juga mendukung strategi pemasaran digital. We Are Social mencatat adanya 185 juta pengguna internet di Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya. Pada periode Juli hingga Oktober 2023, pengguna TikTok menghabiskan rata-rata waktu selama 38 jam 26 menit di platform tersebut. Fakta bahwa 83,1% pengguna internet mencari informasi dan 62,9% lainnya memanfaatkan media sosial untuk hiburan menunjukkan bahwa TikTok adalah tempat yang ideal bagi brand untuk memasarkan produk. Pertumbuhan ini tidak hanya mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap teknologi, tetapi juga peluang besar untuk menciptakan tren konsumsi baru.  

Pengguna TikTok di Indonesia didominasi oleh generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh tren dan rekomendasi dari influencer. Hal ini menjadikan TikTok sebagai media yang sangat potensial bagi brand, khususnya yang menargetkan konsumen milenial dan Gen Z. Dengan gaya penyampaian yang santai dan menarik, endorsement TikTokers terbukti efektif dalam membentuk keputusan pembelian audiens. Melalui konten mereka, para influencer mampu menciptakan daya tarik yang sulit ditemukan pada media pemasaran konvensional.  

Fenomena ini dapat dijelaskan menggunakan teori Social Influence, yang menyatakan bahwa individu cenderung dipengaruhi oleh orang lain, terutama mereka yang dianggap memiliki otoritas atau karisma. Dalam konteks TikTok, influencer berperan sebagai opinion leader yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi pola pikir dan perilaku konsumsi audiens. Pengaruh mereka tidak hanya bergantung pada jumlah pengikut, tetapi juga pada hubungan emosional yang terjalin melalui konten yang mereka sajikan.  

Endorsement TikTokers ini mampu menciptakan pola konsumsi baru. Influencer yang sering mempromosikan produk tertentu sering kali memberikan persepsi positif pada produk tersebut. Hal ini menambah nilai subjektif bagi konsumen, menjadikan mereka lebih percaya dan tertarik untuk mencoba produk yang dipromosikan. Dengan demikian, endorsement bukan hanya soal promosi, tetapi juga membangun kepercayaan dan hubungan antara brand dan audiens.  

Namun, efektivitas endorsement TikTokers tidak lepas dari sejumlah tantangan dan kontroversi. Beberapa masalah yang muncul meliputi potensi manipulasi terhadap audiens, tekanan gaya hidup yang berlebihan, dan isu etika terkait keaslian opini influencer. Dalam beberapa kasus, iklan terselubung yang tidak transparan dapat memicu pembelian impulsif, yang pada akhirnya dapat merugikan konsumen.  

Sebagian besar orang melihat endorsement ini sebagai cara efektif untuk memperkenalkan produk dengan gaya yang lebih kasual dan personal. Namun, ada pula yang menilainya sebagai eksploitasi terhadap konsumen, terutama mereka yang tidak kritis dalam menerima informasi dari influencer. Hal ini menunjukkan pentingnya regulasi dan pengawasan terhadap praktik endorsement.  

Sebagai langkah mitigasi, edukasi pengguna TikTok menjadi sangat penting. Konsumen harus lebih bijak dalam menyikapi konten endorsement dan mengembangkan kemampuan untuk menilai keaslian rekomendasi dari influencer. Di sisi lain, para influencer perlu meningkatkan transparansi dalam mempromosikan produk, sehingga rekomendasi yang mereka berikan lebih jujur dan autentik. Langkah ini penting untuk menjaga kepercayaan audiens sekaligus memastikan hubungan yang sehat antara brand, influencer, dan konsumen.  

Kesimpulannya, endorsement TikTokers merupakan tren yang menguntungkan bagi brand, tetapi perlu dilengkapi dengan pengawasan dan etika yang jelas. Regulasi terhadap praktik endorsement di media sosial sangat diperlukan untuk melindungi audiens dari manipulasi dan ekses gaya hidup yang tidak sehat. Dengan demikian, konsumen dapat menikmati konten yang kreatif tanpa harus menjadi korban tren konsumsi yang berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun