Mohon tunggu...
Yusnia Agus Saputri
Yusnia Agus Saputri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mom Blogger | Sarjana Pendidikan

Writer | Blogger | Traveller | Freelance Editor | Bianglala Hijrah | Awife and #youngmommy | Kelahiran Riau, 7 Agustus. Wanita berdarah Bugis yang memiliki banyak mimpi tentang berbagi. Saat ini menetap di Magelang, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Diary Melankolis

5 Juli 2012   06:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sepertinya, aku memang ditakdirkan untuk menulis. Seperti ada yang hilang saat aku mencoba melupakan hobby maupun  kebiasaan pada diri untuk menulis. Dan tak ubah, aku seperti manusia yang hidup tanpa nyawa. Aneh bukan? Namun, inilah yang aku rasa. Daya aksara ini seperti telah benar-benar berhasil mengunci jiwaku hanya untuk mencintainya. Terus saja membimbing jemari-jemari kurusku untuk kembali menoreh kisah meski lewat aksara yang sama.
***
Hemm.. Terkadang aku juga sering berfikir.. bagaimana mungkin sosok gadis yang dulu begitu periang, hanya dalam waktu sesaat semua berubah dan merubah total hidupku. Satu persatu hilang dan berubah. Entah dengan sendirinya atau mungkin memang sudah saatnya, ia beranjak pergi satu persatu secara perlahan untuk meninggalkan hidupku.
Lemah? Mungkin aku memang lemah. Kuakui sifat yang kuanggap ini sebagai salah satu kekurangan atau hal wajar yang ada padaku sebagai seorang wanita. Tetapi mungkin dengan adanya kelemahan ini, aku belajar untuk mengeja bagaimana caranya agar aku bisa menjadi kuat. Kuat di atas lemahnya diri sendiri. Kuat di atas semua hal. Meski kerap terkadang rapuh. Tetapi aku punya MIMPI. Walau katanya, itu semua hanya bisa membuatku seperti tak ubahnya sang pemimpi ulung. Handal dengan berbagai angan dan mimpi yang terangkum begitu banyak dan rapi tersusun pada diri yang tak mampu. Namun, ini aku. Tak jarang, aku sering berpikir.. mengapa mimpi-mimpi ini lebih memilihku untuk menjaganya dengan baik. Bukan hanya itu, melainkan juga memperjuangkannya.
Padahal, apalah aku ini ?
Tak lebih dari seorang wanita yang lebih memilih untuk menyepi, saat kesedihan benar-benar melingkupi hati. Lantas menangisinya dengan semua kekuatan atau energi tubuhku yang terkuras habis bersama sisa-sisa mimpi yang terasa semakin sulit untuk kuraih. Jauh.. sangat jauh.
Aku tak mencoba mencari alasan atau cara agar aku bisa tersenyum  maupun tertawa melawan kesedihan itu. Tidak. Sekalipun, bahkan sedikitpun aku tak pernah mencoba untuk bergeming darinya. Atau lagi-lagi aku harus menganggap. Ini sisi kelemahanku sebagai seorang wanita yang Melankolis, meski diam mengecam ceria pada sifatku yang dulu. Namun kini telah sirna.
Di kutip dari catatan diaryku
Pada : Senin, 02-Juli-2012.  Magelang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun