Meskipun bukan pecinta bola, tapi mengikuti perkembangan PSSI akhir-akhir ini, banyak orang ikut gerah. Bahkan, ibu-ibu yang tidak tahu menahu dunia persebakbolaan nasional, urunan gemes sama Nurdin Halid. Mereka yang awam itu, hanya melihat dari kacamata yang sederhana, “Kenapa susah banget untuk turun, padahal kan sudah bertahun-tahun berkuasa?”
Semenjak turunnya Soeharto, rakyat di negeri ini, tanpa harus belajar tinggi-tinggi, akan kritis terhadap siapa pun yang terlalu lama berkuasa. Bagi mereka, itu adalah akhlak buruk yang mengarah pada sifat keserakahan. Inilah, etika demokrasi baru di Negara Pancasila.
Mungkin jalan terbaik bagi Nurdin Halid saat ini, adalah mendengarkan suara publik. Mengambil niat baik mereka dan menerapkannya. Publik ingin ada perombakan radikal di tubuh PSSI dan dialah satu-satunya orang yang tahu betul seluk-beluk PSSI. Jadi, sebelum turun—karena ini juga bagian dari permintaan publik—sebaiknya Nurdin Halid merevolusi lembaganya sendiri. Ini akan menjadi langkah bijak dan kelengserannya dinilai sedikit lebih baik daripada ngotot, yang ujungnya pun akan tetap sama. Inilah, arti penting khusnul khatimah, yang merupakan standar dasar untuk menilai seorang pemimpin, apapun dan di manapun lembaganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H