Akan ada sebuah keisengan yang berbuah manis, membawa keberkahan dalam hidup. Bagi saya keisengan itu adalah menulis dan ikut serta dalam program Danone Blogger Academy (DBA) 2018.
Kalau tak salah ingat, sekitar Agustus 2018, ada iklan lewat di instagram saya. Dari akun Kompasiana. Infonya tentang program pelatihan menulis ala jurnalisme warga, fotografi, video blogging dan media sosial. Pelatihan akan diampu oleh pakar dan praktisi ahli di bidangnya. Peserta yang lolos juga berkesempatan mengikuti field trip ke daerah binaan CSR Danone Group Indonesia di Klaten.
Saya kalau ada info pelatihan dan jalan-jalan gratis, antusias sekali. Maklum kantong tipis, tapi keinginan belajar sambil traveling tak tertepis. Jempol pun otomatis menyentuh layar handphone bertuliskan "tinggal 2 hari penutupan pendaftaran peserta DBA 2018" itu.
Intruksi dalam poster, untuk segera mendaftar di microsite.kompasiana.com/danonebloggeracademy. Saya klik, lalu muncul kotak data diri yang harus diisi. Dari nama, tanggal lahir, hingga link media sosial.
Di kolom selanjutnya ada kewajiban mencantumkan URL blog pribadi dan artikel bertema nutrisi/kesehatan/lingkungan yang pernah ditulis. Saya ingat, pernah menulis artikel tentang kesehatan dan lingkungan. Tapi bukan di blog pribadi, melainkan blog kantor.
Saat itu website kantor sedang mengalami gangguan. Sudah beberapa tahun, kami terputus kontak dengan pembuat web. Sementara web dibuat dengan bahasa yang tidak familiar bagi para programmer di Indonesia. Saya lihat laman blog masih berfungsi. Tapi tak ada lagi yang mengisi.
Karena saya suka menulis, maka saya iseng unggah artikel di sana. Ternyata banyak yang baca. Pengunjung website, larinya ke blog untuk mendapatkan informasi mengenai program tempat saya bekerja itu.
Konten yang saya tulis biasanya seputar kegiatan relawan dan hal-hal yang sedang ramai dibicarakan saja. Nah, kira-kira November 2017, saya pernah menulis tentang Aina Fisabila, salah satu relawan yang membuat gerakan EMCEKAQU yaitu program yang fokus pada pemberantasan pembuangan air besar di area terbuka di Provinsi Banten.
Aina adalah mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ia tergerak membuat program ketika sedang bertugas mengajar di Desa Lebak.
Di sana, rumah-rumah tak memiliki jamban. Warga memilih BAB sembarangan di kebun dan sungai. Dampak negatifnya tak hanya mencemari lingkungan tapi juga memengaruhi kesehatan khususnya anak-anak.