Saya pernah datang ke dokter paru-paru di salah satu rumah sakit Jakarta. Pada September 2016, ketika sudah merasa terganggu dengan flu dan batuk setiap kali terkena debu. Saya pikir paru-paru saya terganggu.
"Apa yang membuatmu datang ke sini?" tanya dokter.
"Hidung saya sering meler dok."
"Pada saat kapan?"
"Saat naik angkot, ojek dan naik gunung."
Dokter kemudian menyuruh saya untuk berbaring. Tangannya memegang stetoskop memeriksa dada saya.
"Tarik napas, buang. Tarik napas, buang."
Tiga menit kemudian, saya kembali ke tempat duduk.
"Saya akan menjelaskan kenapa kamu begini. Paru-paru kamu bagus. Tapi kamu hyprsensitive (alergi berlebihan) terhadap debu dan dingin. Saya akan memberikan terapi, tapi kamu juga harus jaga kesehatan agar daya tahan tubuh kamu bagus."
Tiba-tiba saya teringat, ayah dan adik saya juga memiliki alergi yang sama. Beruntungnya mereka tinggal di desa, dengan udara yang masih sangat bagus dan iklim yang sejuk.
Alergi sendiri merupakan respon sistem imun yang tidak normal mengenali bahan-bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain. Kalau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alergi memiliki arti perubahan reaksi tubuh terhadap kuman -- kuman penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu misal zat, makanan, serbuk, keadaan udara, asap, dan sebagainya, yang dalam keadaan tertentu tidak membahayakan untuk sebagian besar orang.