[caption id="attachment_134927" align="alignleft" width="204" caption="Kalimantan"][/caption]
Bagaimana bisa Camar Bulan diakui oleh Malaysia? Pada tahun 1972-1973 saya bertugas di Kalimantan Barat, kebetulan saya yang mendapat tanggung jawab dari Likupaloh, Sungai Bening sampai perbatasan lalu ke Utara sampai Tanjung Datuk. Waktu 1972 saya sebagai Wakil Komandan Satgas 42, pangkat saya sebagai Kapten. Untuk menghadang infiltrasi yang masuk dari gerakan-gerakan yang masuk dan akan mencaplok di perbatasan Indonesia, kami telah siap bersama pasukan yang menempati posisi di Camar Bulan dan Sungai Belacan.
Sebagai wakil saya pernah menyarankan kepada Komandan Satgas 42, Sintong Panjaitan, untuk melakukan orientasi akan jejak yang selalu ditemukan manakala setelah beroperasi sekitar Sungai Bening, Likupaloh, sampai Sungai Belacan, Tanjung Datuk dan Camar Bulan. Saat itu gerakan yang selalu infiltarasi dari pantai Camar Bulan adalah Pergerakan Rakyat Serawak (PGRS) atau dulu sempat dikenal juga dengan Pergerakan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku). Lalu setelah dilakukan pengecekan dari jejak-jejak yang ditemukan mereka (para pemberontak) lari ternyata lari ke Gunung Putting.
Dulu pantai Camar Bulan merupakan pantai yang sangat banyak ribuan telur penyu dan lautnya banyak ikan hiu dimana nelayan yang singgah di Camar Bulan selalu melakukan perburuan ikan hiu untuk diambil siripnya. Diakui daerah pantai itu kalau musim barat itu sulit karena gelombangnya besar. Sehingga dorongan logistik dari Likupaloh ke Pantai sulit melalui laut. Sedangkan melalui darat tidak ada jalan. Lalu sekarang bagaimana bisa sejak 1978 Camar Bulan milik Malaysia??
##
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H