Mohon tunggu...
yuslisul pransiskasari
yuslisul pransiskasari Mohon Tunggu... -

mereka yang meLabeLi mereka yang hanya dapatkan dari sebatas LabeL yang diberikan. apa saLahnya kita juga menghargai? diri sendiri itu ya saya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peka atau Tidak?

16 Juni 2012   00:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:56 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Melulu permasalahan tentang kepekaan melanda. Kini kepekaan belum juga mengakar hangat dalam kebiasaan bahwa ia adalah sumber dari pemaknaan suatu keadaan. Jauh sebelum itu kepekaan digunakan sebatas merasakan kenikmatan dalam mengelola keadaan. Namun di lain sisi kepekaan menawarkan berbagai solusi mutakhir dimana seseorang dapat memperoleh kenikmatan terdalam bersamanya.

Kepekaan diangap sesuatu yang paling menentu dalam hal ini agar lakuan menjadikan seseorang mampu menelaah secara mendalam ada apa di balik peristiwa. Kepekaan awalnya hanya rasa yang biasa. Namun bila dipikir-pikir dialah yang mengantarkan rasa positif dalam memandang suatu keadaan. Ya, positif karena kepekaan adalah kemampuan untuk peka terhadap sesuatu. Peka dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai mudah merasa; mudah terangsang yang mana dalam hal ini dia mendukung manfaat dari peka tersebut.

Nah, sekarang pertanyaannya ‘Apakah setiap orang memiliki rasa peka? Bagaimana mengasahnya?’ Pertanyaan perihal cara adalah pertanyaan khas yang sering saya lontarkan kepada orang yang saya rasa memiliki daya peka yang tinggi. Tapi apa boleh buat. Manusia tidak pernah mencapai puncak kepuasaan. Pertanyaan itu akhirnya menjadi hantu dalam otak saya yang mengharuskan saya untuk berpikir ulang. Dan ternyata kuncinya hanya satu yang masih saya temui yakni dengan meraba hal-hal yang ada di sekeliling kita dengan ranah berpikir positif menuju pemahaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun