Terinjak sampah dibuang oleh sampah, dataran rendah bukti rendahnya otak tak berpenghuni menjilat kolor tidak berseni.
Dua warna bersinggungan namun tetap berwujud asa termakan massa, Gelap hanyalah terang, terang adalah panasnya rintik api terbuat tembakau, kerut tampangnya seakan menghabiskan jemuran yang hanya Diludahi ikan sapu sapu.
Mentereng berjenggot merah, petantang petenteng maju di barisan paling depan dengan mental yang telah dibuahi oleh pengalaman, panglima Terdepan bukanlah yang memiliki kekuasaan, melainkan jiwa samurai lah Singa  peperangan yang sesungguhnya.
Batasmu ada, Rantai mengikat sisi sisimu dengan penuh ke angkuhan, Air mengalir melewati lubang kesepian, dan kau hanya diam dengan tawa tak nyata.
Rumput senada membisikkan dengan penuh keikhlasan, berharap Riya melakoni pertandingan menatap mata dengan roh tangis, sedan beriringan mengibahkan kemunafikan, rintikan dosa berceceran menyambut cerulit beralaskan sumpah.
Hitam badanmu, putih tekadmu, keiklasan atas semua injakan yang kau terima selama ini menandakan betapa kuatnya dirimu,
Jalan raya tataplah bersama kami, jalan raya tetap bersabarlah untuk kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H