Mohon tunggu...
Anonimiyus
Anonimiyus Mohon Tunggu... Administrasi - pejuang kebetulan tidak suka menulis

pejuang kebetulan tidak suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Penuh Nafsu

14 Februari 2018   08:09 Diperbarui: 14 Februari 2018   08:20 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalanan semakin sepi, senja mulai menggeliat membenamkan matahari, sementara kau masih bersitegang dengan kemauan.

Tubuhmu melanggak-lenggok dalam temaram, bersetubuh dengan malam. Pria juga yang berhalusinasi, membayangkan bokong dan payudara yang sekal padat, menggelinjang dalam dekapan suram.

Itulah kau menggoda namun memperdaya, apa yang ingin kau dapatkan dengan menampakkan paha, membusungkan dada,

Meliuk di jalanan yang penuh dengan mata-mata nakal, dalam balutan celana jean ketat, kenyal terasa walau hanya di dalam asa.

Tangan-tangan mulai tidak singkron dengan akal sehat, malah bersekongkol dengan nafsu bejat, laki-laki mulai tidak tahan, sebagian pulang untuk melampiaskannya dalam bilik kamar mandi, sebagian melancung ke tempat prostitusi,

Sebagian merupadaksa wanita-wanita tidak berdaya,

Dan kau masih saja melenggang dengan bahasa tubuh yang menggoda merasa tidak berdosa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun