Puasa untuk anak
Saat Ramadan tiba, sebagai orang tua tentu menginginkan buah hatinya turut berpuasa. Mengenalkan puasa sejak dini kepada sikecil hampir dilakukan oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia. Ini tak lain karena tuntunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Di Indonesia sendiri anak kecil berpuasa di sekitaran usia minimal 4 atau 5 tahun tergantung kondisi anak itu sendiri. Kedua anak laki -- lakiku di rumah mulai diperkenalkan sejak usia 3 tahun (ikut sahur bersama).
Pada usia 4 tahun mulai puasa setengah hari, usia lima tahun puasa semampunya dan terakhir di usia 6 tahun mereka sangguf full 30 hari lamanya dari sahur sampai berbuka puasa.
Karena masih kecil, ada saja hal -- hal lucu yang mereka sampaikan , namun menjadi pelajaran ilimu sendiri diantaranya :
1. Mengenalkan konsep waktu (jam) ;
Pada awal -- awal Ramadan hingga hari ke-3 anak -- anak Selalu menanyakan berapa lama lagi  waktu berbuka? Kadang sikecil bertanya secara ekstrem "Berapa detik lagi Pi berbuka?"Akhirnya Bapaknya ini pun menghitungkan pengkalian jam dengan detik . "Oh 39.600 detik lagi" Ujarku  menilik waktu 11 jam x 3600 detik . Bayangpung dia menanyakan detik setiap saat dan bapaknya karena keterbatasan akhirnya menggunakan kalkulator. Hehehehe
Dengan mengajarkan waktu akhirnya anak - anak menjadi kenal jam, menit , detik , konsep am dan pm .
2. Mengenalkan Proses Demokrasi;
Saat mengajarkan anak berpuasa ada proses demokrasi. Pertanyaan dimulai dari apakah anak -- anak mau berpuasa penuh, apakah menu buka untuk sahur , apakah menu makanan saat berbuka, sampai kepada hadiah apa yang diinginkan apabila full 1 bulan berpuasa tanpa batal?
Sebagai orang tua , saya tidak bisa memaksakan kehendak pokoknya harus. Ilmu pokoknya itu adalah sentralistik cenderung otoriter dan tidak baik digunakan saat momen suci ini. Otoritarianisme cocok diwaktu tertentu semisal waktu sholat dan mereka masih asik main gadget, maka perintah perlu ditegaskan . "Ini perintah Allah SWT. bukan perintah Papi dan Mami, jadi ayo  kita sholat berjamaah!" Pintaku tegas.
Kadang mereka langsung ikut berjamaah, kadang karena sudah sebal sama saya atau ibunya mereka minta ijin untuk sholat sendiri . Di saat inilah toleransi diterapkan. Kata Gus Baha, Kyai NU yang saya kagumi Islam tidak boleh dibuat ribet , yang penting mereka mau sujud sama Allah SWT. itu sudah dari cukup.
Proses Demokrasi terjadi saat waktu berbuka puasa dan sahur.
3. Belajar Disiplin;
Anak -- anak membuat kesalahan , mereka berkelahi memperebutkan sesuatu dan lain sebagainya. Saat itu terjadi, kondisi psikoligis orang tua pun kadang ikut naik tensinya.
Proses memarahi, menghukum kerap terjadi. Alhamdulillah Puasa Ramadan pun menjadi pembelajaran bagi orang tua untuk lebih mendisiplinkan emosi yang tidak perlu tersebut.
Puasa juga bisa mengajarkan anak untuk disiplin dalam masalah waktu dan bangun tidur. Kalau mereka tidak ingin menangis karena dibangunkan sahur , maka berilah mereka waktu tidur yang cukup. Jangan sesekali diajak begadang / tidur malam. Saya sendiri mengajarkan setelah selesai sholat tarawih berjamaah, anak -- anak sudah harus tidur.
Jam tidur mempengaruhi kualias puasa  buah hati. Jamnya cukup maka mereka akan merasakan aktivitas seperti biasa , tidak ada rengekan tidak ada tangisan karena merasa masih mengantuk
Saat membangunkan sahur, pastikan waktunya diakhir . Karena sahur itu baiknya diakhirkan bukan disegerakan. Berbeda dengan berbuka, itu harus diawalkan , pas adzan yang langsung berbuka dengan makan dan minum.
4. Â Belajar Empati;
Berpuasa memang mendekatkan manusia kepada segala kebenaran. Memahami kesepahaman bahwa puasa itu proses kedewasaan manusia dalam menghargai sesama. Membantu sesama, merasakan apa yang orang lain rasakan, menjaga perasaan diri dan orang lain sampai kepadan menjaga harga diri dan keluarga di mata masyarakat.
Rasa sayang kepada sesame manusia di Bulan Ramadan ini sungguh berbeda dengan waktu di luar itu. Bersedekah di masjid/mushola, memberikan bantuan kepada  orang yang membutuhkan .
Mengajarkan bahwa berpuasa adalah merasakan apa yang dirasa orang tidak berpunya /miskin memberikan mereka rasa empati yang akan berguna di masa depan nanti.
5. Â Belajar untuk menjadi Pemenang;
Orang tua memfasilitasi mereka dengan sebaik -- baiknya. Memberikan pendidikan lewat peran orang tua, menyekolahkan mereka di sekolah agama swasta, mengajarkan mereka mengaji dan menghapal surat.
Aktivitas itu saya yakini sebagai orang tua sebagai ladang keberkahan yang akan diberikan Tuhan sebagai imbal hasil menjadikan mereka anak yang taat dan berbakti. Salah satu amalan yang tidak terputus adalah doa -- doa anak yang saleh kepada orang tuanya.
Mengajarkan anak banyak cara dan metodenya, namun lebih penting lagi adalah mendisiplinkan orang tua di depan anak -- anaknya. Disiplin waktu sholat, disiplin waktu sahur dan berbuka.
Pastikan apa yang mereka lihat dan dengar adalah sebuah kebenaran dan bukan pembenaran. Anak disuruh sholat tapi orang tuanya tidak sholat. Anak diminta berpuasa tapi bapaknya tidak berpuasa. Anak disuruh membantu orang tua tapi bapaknya tidak terlihat membantu ibunya atau sebaliknya.
Mereka berpuasa karena melihat kita berpuasa. Mereka rajin bersedekah karena melihat orang tuanya konsisten mengajarkan konsep sedekah dan mempraktikannya.
Di Bulan Ramdan ini menjadi instropeksi juga bagi orang tua kepada  buah hatinya. Jangan -- jangan mereka berpuasa karena terpaksa bukan karena proses belajar yang dimengertinya?
Mengajarkan anak beribadah di Bulan Ramadan itu merekatkan  yang dekat dan mendekatkan  yang jauh . Konsep ketuhanan, konsep kemanusiaan, konsep kemasyarakatan bisa diajarkan melalui cara - cara yang menyenangkan disesuaikan dengan karakteristik anak.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H