Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bincang Air 2018, Solusi Alam Danone-AQUA untuk Krisis Air Dunia

26 Maret 2018   11:50 Diperbarui: 26 Maret 2018   15:03 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air Bermanfaat untuk Keseimbangan Alam , Sumber Tribunnews.com

Bincang Air 2018,  Solusi Alam untuk Krisis Air Dunia

Saat Hujan Kebanyakan orang mengeluh, Musim Kemarau mengeluh juga. Seolah olah dua musim ini tidak ada baiknya.  Alam tahu bagaimana menyeimbangkan dirinya sendiri. Manusia hanya perlu menjaganya. Kaum miskin kota, terutama di Jakarta rata rata sulit  menikmati air bersih.  Di suatu tempat nyata nyata memiliki sumber air berlimpah namun di sekitarnya malah kebalikannya, kekeringan, kesusahan air menjadi keseharian yang dialami  warga sekitar.  Krisis air ini bukan hanya dialami warga Ibu Kota, namun juga bisa dialami oleh warga di pedesaan semisal di Sukabumi. Bukan karena disitu ada industri pengolahan air mineral dalam kemasan, namun jauh dari itu ada banyak faktor mengapa sebuah daerah sangat sulit mendapatkan air untuk aktivitasnya.

Adalah Pak Isak  usia 50 tahun yang tinggal di Desa Cisaat Sukabumi, Jawa Barat  yang  mengeluhkan bahwa dirinya dan beberapa warga  sekitar  samp[ai Tahun 2016 kesulitan mendapatkan air ketika musim kemarau dan bahkan masih menurutnya di musim penghujanpun kadang air sulit didapat. Menurutnya sumber mata air sulit didapat sementara sungai yang ada selalu kering dan  sedikit airnya. Pemahaman bahwa sungai hanya mengalirkan air dari hulu ke hilir sama persis dengan isi kepala saya sendiri. Nyaris kosong tanpa ilmu soal air ini.

Maka dari itu, ketika ada undangan untuk Visit Ke Pabrik Pengolahan air Danone- AQUA , saya pun perlu “menguras” isi kepala saya supaya kosong  agar informasi yang didapat nantinya menjadi terisi dengan pemahaman komprehensif  akan air dan solusinya.   Kejadian kesulitan air (krisis) semisal Banjir, Kekeringan dan Polusi Air bisa dialami siapa saja seperti yang saya contohkan di atas. Air yang sepertinya berlimpah ,namun bisa seketika sulit didapat. Banyak anggapan ini diakibatkan adanya eksploitasi oleh pabrik / industri  minuman dalam kemasan yang berada di sekitar daerah tersebut.

Cisaat, Sukabumi (21/03/2018) adalah salah satu daerah di Sukabumi yang kami (Blogger) datangi dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia 2018. Dari artinya Cisaat , Ci berarti  Sungai (air), dan Saat artinya mengering,surut, tidak ada air.  Bertolak belakang dengan fakta bahwa  di sini ada Sungai dan di atasnya ada air terjun yang jatuh ke bawah sungai,  namun dalam perjalanannya sungai sungai ini selalu kering tak berair oleh karena itu dinamakan Cisaat (Arir Surut).

Adanya potensi air untuk krisis, maka  Hari Air Sedunia diumumkan pada  Tanggal 22 Desember 1992 Di Rio de Janeiro , Brasil saat Sidang  UmumPBB ke -47  sangatlah penting untuk dilaksanakan. Menjadikan kami para peserta  Bincang Air 2018 antusias mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan ini.

Kembali ke persolaan krisis air. Persepsi semua orang  saat itu adalah kenapa air  sungai menjadi kering , bukankah sungai tempat mengalirkan dari ketinggian menuju dataran rendah  ? Ternyata menurut Dr. Ir. Nana Mulya Arifjaya, M.Si  air  terjun yang jatuh ke sungai tersebut langsung masuk ke dalam tanah tidak dialirkan. “Sungai yang baik adalah sungai yang penyerapannya baik” Pungkasnya.  

Hari Air sedunia  diperingati  untuk mengingatkan  masyarakat akan pentingnya  pelestarian air. Tahun 2018 (22/03),  tema yang diusung adalah "Alam untuk Air" atau "Nature for water". Dengan kampanyenya yaitu  "Solusinya ada di alam" atau  "The Answr is in Nature".

Kembali kepada persoalan di Cisaat tadi, masyarakat sekitar sangat membutuhkan air dan membutuhkan solusi. Musim penghujan selalu saja hadir namun seiring itu kesulitan air masih saja terjadi. Apalagi bila musim kemarau tiba , sumur sumur timba warga menjadi kering. Permasalahan inipun sebenarnya hampir mirip dengan kondisi di komplek rumah  di mana saya tinggal. Untuk musim hujan dipastikan ada air berlimpah, namun bila musim kemarau air sulit didapat, apalagi para tetangga tidak memiiliki lahan untuk menyimpan/menyerap air melalui Biopori (semua tanah bangunannya hampir semuanya di semen (keramik), air hujanpun hanya numpang lewat mengalir dan menguap bila  hujan tiba.

Persoalan air akan semakin komplek bila tidak ada solusinya. Kesalahan akan mudah ditimpakan kepada produsen air dalam kemasan yang selalu dianggap sebagai sumber kekeringan di sekitarnya.  Padahal kita lah yang selama ini salah persepsi, kurangnya pengetahuan akan sifat sifat alam dan keseimbangannya, kurang peka terhadap lingkungan ( alam sekitar)  dan tidak mencari solusi konkret terhadap salah satu Rahmat yang diciptakan  Tuhan kepada manusia dan alam raya berupa air.

Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim berdampak pada penurunan kualias air di seluruh dunia. Berbagai  inisiatif dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas  air. Teryata alam menyediakan solusinya sendiri.  Dan ini dipercayai oleh Produsen Air Mineral dalam Kemasan - Danone Aqua yang bersama kami (Blogger)  saat  memperingati Hari Air 2018. Fokus  Pada Solusi Berbasis Alam (BSA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun