Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Penyakit Kritis dari Perspektif Sosial

31 Mei 2011   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 

 

Kematian dalam hal ini meninggalnya seseorang merupakan sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh kita dan oleh siapapun. Begitu banyak yang harus ditinggalkan.Dampak yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Kesedihan keluarga inti (ayah,ibu,adik,kakak,istri),beban psikologis traumatik, menurunnya kemampuan keuangan keluarga dan lain-lainnya.

 

Kematian bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Dari seratus persen orang meninggal 80 persen diantaranya melaui sakit terlebih dahulu sisanya adalah melalui yang lainnya semisal kecelakaan,bencana alam . Namun yang paling ditakutkan adalah karana sakit kritis.

 

Penyakit  kritis adalah penyakit yang sudah dalam keadaan menakutkan, bisa karena sakit jantung,kanker,stroke ,tumor dan lain sebagainya. Semisal Alzheimer’s , penyakit yang belum diketahui obatnya yaitu semakin menurunnya daya ingat dan mundur ke belakang. Artinya seseorang yang menderita penyakit ini tidak akan mengingat siapa dan apa yang terjadi saat ini dia hanya akan mengingat masa lalunya mundur kebelakang. Semisal hari ini hari senin dia akan mengingat hari Senin adalah hari minggu kemudian sabtu kemudian jumat kemudian kamis dan sebagainya sampai pada masa terakhir dia ingat ketika masa kecilnya lalu otaknya tak berfungsi alias mati. Penyakit alzheimer’s secara teoritis adalah kelumpuhan secara menyeluruh dari fungsi otak yang mengakibatkan kemunduran mental sehingga memerlukan pengawasan secara  terus menerus. Diagnosa harus dibuat seorang dokter ahli penyakit syaraf (neurologist).

 

Pengobatan hanya dilakuan dengan cara memberikan obat penguat  ingatan.Agar ingatannya tetap pada kondisi sekarang tidak mundur kebelakang. Apabila ada salah satu dari keluarga kita terkena penyakit kritis itu akan berdampak sangat besar terhadap faktor keuangan, karena ini bisa menimpa siapa saja tidak perduli kaya,miskin, tua muda,anak dewasa semuanya bisa terkena.

 

Berdasarkan penyebabnya, penyakit dapat dibedakan  menjadi beberapa macam :


  1. Penyakit menurun
  2. Penyakit defisiensi
  3. Penyakit infeksi
  4. Penyakit traumatic

 

Penyakit menurun

Sering kita menyebutnya dengan penyakit keturunan. Diwariskan dari orangtua kepada keturunannya dan tidak dapat disembuhkan serta tidak dapat ditularkan kepada orang lain. Misalnya hemofilia dan buta warna. Hemofilia itu sendiri adalah  susah membekunya sel darah merah. Banyaknya kematian di arab Saudi akibat khitan (sunat) disimpulkan bahwa anak-anak yang meninggal tersbut karena menderita hemofilia. Artinya darah keluar terus menerus tanpa henti. Sehingga akan kehabisan darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan buta warna tidak bisa membedakan warna satu dengan warna yang lainnya. Banyak juga artis tenar yang buta warna loh. namun mereka tetap eksis menghasilkan karya. Jadi tak perlu khawatir bila menderita penyakit ini.

 

Penyakit Defisiensi

Disebabkan karena kekurangan salah satu zat makanan sehari-hari.

Penyakit Infeksi

Disebabkan oleh kuman-kuman penyakit (seperti bakteri,virus)akan dapat menular kepada orang lain dan dapat diobati, misalnya influenza dan tipus.

Penyakit traumatic

Disebabkan oleh suatu kejadian atau peristiwa buruk yang sangat membekas pada jiwa penderita.

 

Dari perspektif sosial, apabila ada salah satu tetangga ,sahabat kita terkena kondisi kritis maka  akan terbukalah keran-keran informasi kepada masyarakat sekitar tentang kondisi ini dan menimbulkan pola “sedia payung sebelum hujan”. Masyarakat lebih berhati-hti menjaga pola makan, menjaga aktivitas mereka dari hal-hal yang berbahaya. Dari kultur Jawa  sebenarnya sudah kita sudah mengenal istilah (3B) bibit bebet bobot dalam memilih calon pasangan sampai menjelang pernikahan nanti.

 

Ada kisah nyata tentang sahabat saya semasa sekolah. Sahabat saya ini  kesulitan mendapatkan donor darah ketika dia menderita kecelakaan dan membutuhkan darah. Semua darah bergolongan O yang sesuai dengan drahnya dicobakan termasuk darah orang tuanya.Ternyata darahnya sangat sulit cocok , kalaupun ada hanya orang asing yang bisa mendonorkan darahnya. Selidik punya selidik ternyata  darah orang tuanya baik ayah dan ibu adalah O, sehingga darah yang mengalir dalam tubuh sahabat saya ini adalah darah yang langka  yang gabungan dari dua golongan yang sama-sam,a O tadi. Karena hal tersebut akan menghasilkan rhesus yang berbeda dari golongan darah O kebanyakan,.

Para tetangga akhirnya mengetahui penyebabnya dan berdiskusi kalau mereka berencana ketika akan menikahkan anaknya nanti berarti harus di cek darahnya juga . Agar hal ini tidak terjadi kepada keluarga mereka. Begitulah gambaran singkat mengenai dampak penyakit kritis dari perspektif sosial meski dari segi psikologis pun bisa diambil manfaatnya.Secara Sosial sumber informasi mengenai sakit kritis ini adalah perlu. Karena betaa banyaknya saudara, sahabat ,atau lainnya yang berpotensi terkena sakit kritis sehingga perlu penanganan  pertama  sehingga bisa tertolong.

 

Selalu ada berita di setiap musibah.

Mungkin diantara kita semua sudah ada yang mengetahui bahwa cek darah sebelum menikah dan ketika hamil itu ternyata sangat penting, tetapi ternyata masih ada orang-orang di sekitar kita yang menganggap enteng hal tersebut.

Bagi yang ber-Rh negatif berarti ia kekurangan faktor protein dalam sel darah merahnya. Sedangkan yang ber-Rh positif memiliki protein yang cukup. Jenis darah diturunkan oleh kedua orangtua kepada anaknya. Calon ibu yang ber-Rh positif, atau bersama-sama ayah ber-Rh negatif, bayi yang dikandung ibu pun memiliki Rh yang sama. Masalah akan muncul bila calon ibu misalnya memiliki Rh negatif, sedangkan Rh ayah positif. Ketidaksamaan ini bisa menjadi cikal bakal ketidakcocokan Rh yang sangat berbahaya bagi anak yang dihasilkan. Kemungkinan besar bayi akan terkena penyakit Rh atau Hemolitik Begitulah yang terjadi dengan sahabat saya ini.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun