Mohon tunggu...
Yusdian Rudenko
Yusdian Rudenko Mohon Tunggu... -

Belajar dari kehidupan dan waktu yang diberikan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Pelita’ untuk Indonesia

10 Januari 2012   09:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Ketika dunia terpukau dengan kepemimpinan ala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Inilah sosok awal pemimpin di Abad 21, Abad Transformasi yang Demokratis.

Transformasi, dengan reformasi yang dicetuskan oleh Presiden SBY, sontak membuat para pemimpin dunia terpukau. Beliau melakukan perubahan itu dengan sabar, dengan penuh pengertian, tetapi tetap bertekad dengan semangat yang tinggi, untuk mengubah dari kegelapan menjadi serba terang. Dan menjadi tantangan yang berat dalam menjalankan sebuah perubahan besar, ada hujatan, penolakan, fitnah, bahkan olokan yang diterima ‘Sang Reformis’ - itu hal biasa, karena sangat jarang bagi makhluk yang bernama manusia untuk mempersoalkan suatu kebaikan.

Ketika bangsa Indonesia menghadapi banyak persoalan, banyak tantangan dan banyak ujian, seperti pada saat terjadi krisis ekonomi global – sekitar tahun 2008. Ditambah dengan masalah perubahan iklim yang mengganggu kehidupan hampir semua bangsa, krisis harga minyak yang menyulitkan ekonomi-ekonomi semua bangsa, krisis harga pangan yang juga memberikan persoalan kepada semua bangsa, termasuk kepada bangsa Indonesia. Maka dibutuhkan sosok pemimpin yang bersedia untuk bekerja siang dan malam. Dimulai dari presiden, para menteri, para gubernur, para bupati, para walikota, untuk mengatasi persoalan ini. Bahkan dukungan, nasehat, tausiah dari para ulama, dukungan kebersamaan dari semua rakyat Indonesia, untuk bersama-sama mengatasi persoalan ini. Disebutkan dalam Al Qur’an: “Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, kecuali kaum itu yang mengubahnya ”. (QS:Al-Anfal; 53)

Presiden SBY sebagai seorang yang mengemban amanah dari seluruh rakyat Indonesia, percaya bahwa persoalan apapun yang dihadapi bangsa Indonesia satu persatu dapat diatasi. Bila melihat bangsa-bangsa lain banyak yang mengalami persoalan lebih berat dibandingkan Indonesia, karena perubahan iklim, kemiskinan, penyakit, peperangan, dan kekerasan-kekerasan. Jadi, bandingkan keadaan di Asia Tengah, Afrika dan di negara lain, keadaan di Indonesia tidak lebih buruk.

Sebagai bangsa yang arif, kita harus jujur dan mengetahui bahwa di negeri kita ini masih ada saudara-saudara kita yang masih miskin, belum sejahtera, masih memerlukan bantuan. Dan semua hal tersebut telah menjadi salah satu agenda utama Presiden SBY agar terus melakukan berbagai upaya untuk membantu mengatasinya. Serta beliau menganjurkan untuk saling membantu, menolong kaum dhuafa, fakir miskin dan yang masih memerlukan bantuan.

Masalah kemiskinan adalah persoalan dunia, juga persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan. Tahun demi tahun, dasawarsa demi dasawarsa, semua pihak terus bergulat untuk mengatasi kemiskinan itu.

Para Pemimpin Dunia menyadari bahwa kemiskinan pada tingkat dunia yang cukup besar jumlahnya harus dikurangi secara terus-menerus, dan bersepakat untuk mengurangi kemiskinan dunia separuhnya dalam kurun waktu 15 tahun. Tidak hanya Pemimpin Dunia, Presiden SBY pun turut berupaya untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, yaitu dengan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada rakyat miskin (pro-poor), pro-growth, dan pro-job - namun sayang, 'kabut' yang menghalangi pandangan mata kita terlalu tebal tuk melihat niat baik itu.

Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan bencana, sebagian karena kehendak Allah SWT, peristiwa alam, sebagian karena kecerobohan dan kesalahan umat manusia. Tak ayal dunia semakin berbahaya bagi umat manusia, dan ‘persiapan’ adalah kata yang tepat untuk meminimalisir dampak bencana, karena bencana alam tak dapat diprediksi.

Di Era kepemimpinan Presiden SBY yang kerap diuji dengan terjadinya bencana, membuat Indonesia semakin tangguh dan siap dalam menghadapi setiap bencana yang akan ataupun telah terjadi. Selain itu Presiden SBY sangat peduli bahkan turut memprakarsai terhadap terciptanya gerakan-gerakan untuk mengantisipasi bencana, diantaranya adalah ‘Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon’, ‘Moratorium Penebangan Hutan’, dan masih banyak lagi gerakan yang dicanangkan oleh Presiden SBY – sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan. Dan mari berbenah diri, merawat lingkungan dengan sebaik-baiknya, agar tidak mendatangkan bencana, seraya membangun kembali lingkungan di sekitar kita, menghijaukan kembali hutan-hutan di seluruh pelosok Indonesia. Kobarkan semangat saling membantu, bilamana ada sebagian dari negeri ini yang terkena bencana.

Dari beberapa gambaran di atas, sebagai bangsa Indonesia patutlah kita bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah menghadirkan ‘Pelita’ untuk menerangi kegelapan di negeri tercinta ini. Tidak hanya Presiden SBY, semoga bangsa ini selalu di pimpin oleh sosok  yang menjadi 'penerang' dalam kegelapan pada kepemimpinan berikutnya. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun