Pernahkah Anda merasa sulit untuk menyampaikan pendapat atau membatasi diri tanpa merasa bersalah? Ini adalah tantangan umum yang dihadapi banyak orang dalam berkomunikasi. Fenomena ini membuat seseorang takut untuk menyampikan pendapatnya seperti "Aku mau ngomong, ehh enggak jadi". atau "Enggak usah kamu aja yang berpendapat". Ucapan seperti itu terkadang membuat kita penasaran namun juga bingung karena kita akan merasa apakah ada yang salah dengan ucapan kita atau perilaku kita saat merespon perkataan lawan bicara.
Kemampuan Komunikasi adalah salah satu cara seseorang berhubungan dan saling memahami terkait suatu informasi atau hal. Komunikasi adalah salah satu hal yang pasti dilakukan oleh semua orang baik secara langsung melalui perkataan maupun secara tidak langsung melalui tulisan dan perilaku. Dalam komunikasi perlu adanya kejelasan dan ketegasan dalam penyampaian informasi namun juga tetap memperhatikan lawan bicaranya. Dengan begitu maka komunikasi akan berjalan dengan baik dan semua orang dapat menyampaikan pendapatnya tanpa merasa ragu atau membatasi dirinya. Kemampuan ini disebut dengan Kemampuan Asertif.
Komunikasi asertif (assertive communication) adalah komunikasi yang bersifat terbuka, yang berfokus pada hubungan perasaan antar manusia (Siregar et al., 2022). Komunikasi asertif bukan sekadar alat untuk mengungkapkan diri, tetapi sebuah seni yang memungkinkan individu untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara ekspresi dan empati. Kita menemukan bahwa kemampuan untuk menyampaikan pendapat dengan jelas tanpa menimbulkan konflik atau merasa bersalah merupakan keterampilan yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan asertif sendiri dapat dilatih dan ditingkatkan. Kemampuan ini dapat dilatih dengan 2 cara yaitu secara langsung melalui pelatihan komunikasi / berbicara secara langsung dan pelatihan secara tidak langsung melalui tulisan atau surat. Dalam pelatihan ini kemampuan asertif ditingkatkan dengan memperhatikan
1. Kontrol
Melatih diri untuk tetap tenang dalam menghadapi situasi tegang. Saat kita bersikap tenang maka kita dapat menyampaikan pendapat atau solusi terbaik.
2. Kejelasan
Sampaikan pesan dengan jelas dan terbuka. Jangan sekali kali menyampaikan pesan setengah setengah atau hanya sebagian saja. Hal ini akan menimbulkan adanya miskomunikasi yang dapat menyebabkan konflik
3. Kepercayaan Diri
Saat menyampaikan pendapat maka harus bersikap tegas tanpa terlihat sombong atau agresif. Jangan takut untuk menolak atau berkata tidak jika memang solusi atau kesepakatan itu malah merugikan diri kita atau bukan kesepakatan terbaik, namun dengan tetap menggunakan bahasa atau tulisan yang sopan dan tetap menghormati pendapat orang lain.
Salah satu cara melatih kemampuan asertif adalah dengan melalui tulisan atau surat. Surat merupakan salah satu bentuk komunikasi tertulis yang dapat menjadi sarana yang kuat untuk mengembangkan kemampuan asertif. Hal ini karena ketika seseorang menulis surat, mereka harus memikirkan dengan pasti apa yang ingin mereka sampaikan. Proses ini memungkinkan untuk merenungkan pikiran dan perasaan mereka secara lebih mendalam, membantu mereka lebih jelas tentang apa yang mereka inginkan. Selain itu melalui menulis surat, seseorang dapat mempraktikkan berbagai aspek keterampilan komunikasi, termasuk menentukan lawan bicara yang tepat, menyampaikan pesan dengan jelas, dan merespons dengan bijak terhadap tanggapan atau masukan dari penerima surat.
Pada Rabu 15 Mei 2024, penulis diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan pelatihan kemampuan Komunikasi Asertif di Pondok Pesantren Bismar Al Mustaqim. Dalam kegiatan ini penulis mengajak para santri yang ada untuk mengembangkan kemampuan komunikasi asertif melalui media surat dan kotak bicara. Kegiatan ini diawali dengan pemberian psikoedukasi secara singkat mengenai Komunikasi Asertif kepada para santri yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pesan kepada kakak mahasiswa oleh para santri yang ada di pondok pesantren ini.
Selama kegiatan berlangsung, para santri dengan antusias mendengarkan dan menuliskan pesan pesan kepada kakak mahasiswa. Setelah menuliskan surat, mereka secara bergantian memasukkan surat kedalam kotak bicara dan kemudian melanjutkan kegiatan mereka. Penulis melihat terdapat peningkatan kemampuan berkomunikasi para santri yang awalnya mereka cenderung berkomunikasi dengan pasif bahkan agresif akhirnya setelah pemberian psikoedukasi dan pelatihan menggunakan surat dan kotak bicara mulai terlihat terjadi perubahan. Mereka mulai aktif dalam berpendapat namun tetap masih mengatur bahasa dan intonasi yang digunakan.
Sumber :
Bahrudin E., Sadewa I., Amanda S. (2023). “Menerapkan komunikasi asertif dalam relasi sosial pada praktek pekerjaan sosial”. Jurnal Pendidikan, Politik, Budaya, Manajemen, Komunikasi, Pemerintahan, Humaniora, dan Ilmu Sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H