Mohon tunggu...
Yusafi Mihrobi
Yusafi Mihrobi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Universitas Amikom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jasamu Pembuka Pintu Surga

22 Juli 2019   18:08 Diperbarui: 22 Juli 2019   18:14 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang yang memiliki jiwa besar tidak hanya di miliki seorang guru di sekolah, namun guru mengaji juga memiliki peran yang besar dalam membentuk akhlak dan pribadi yang baik sejak dini. 

Ikhwan (57) beliau adalah sorang guru mengaji tanpa meminta imbalan sedikitpun. Pada tahun 2005 beliau telah memiliki niat untuk mengajar mengaji mulai dari Iqro hingga khatam Al-Qur'an dan beliau juga mengajari do'a sehari-hari, surat-surat pendek, praktek sholat, berlatih adzan, membaca dan menilis dalam bahasa arab. 

Beliau mengajar mulai dari anak-anak TK, SD, dan SMP namun beliau juga di bantu oleh istrinya yaitu ibu Robiatun, ia adalah seorang guru TK dan sekarang ia mengikuti jejak suaminya sebagai guru mengaji, jika ada acara seperti kumpul guru ngaji di Kelurahan mereka juga yang rela meluangkan waktu untuk menghadiri acara tersebut.

Di Dusun Pencar Sindumartani lebih tepatnya di Masjid Al-Muttaqin tempat menyalurkan ilmu untuk santrinya setiap hari minggu, selasa, dan jum'at pukul 16.00 sore beliau dan istriya memulai kegiatan mengajarnya dan membunyikan Tape Recorder  melewati toa masjid sebelum memulainya yang artinya mengajak santrinya untuk segera ke masjid. 

Cara untuk anak santrinya lebih aktif dalam belajar maka Bapak Ikhwan pun mengikuti berbagai macam perlombaan untuk santrinya seperti perlombaan baca dan tulis Al-Quran, perlombaan praktek sholat untuk anak santrinya yang masih dini, lomba adzan, sampai lomba sholawat dan hadroh pun mereka ikuti.

Kegiatan dalam mengaji agar anak santrinya tidak bosan dan hanya menganal lingkungan mereka sendiri  maka setiap tahun sekali Bapak Ikhwan mengadakan liburan ke berbagai tempat seperti Masjid Agung di Semarang, Masjid Kudus dan lain sebagainya bersama orang tua santri menggunakan kendaraan umum yaitu bus. 

Selain menambah pengatahuan tentang agama, kegiatan liburan tersebut juga menambah semagat para santri untuk belajar.

 Selain menjadi guru mengaji beliau juga sebagai imam dan pemimpin pengajian rutin di Masjid. Beliau juga memmiliki jiwa yang ikhlas dalam memberikan ilmu serta di kenal di masyarakat seseorang memiliki pribadi yang sangat baik. 

Alasan mengapa beliau memilih guru megaji sebagai profesinya yang ke dua karena ingin membagikan ilmunya kepada santrinya, untuk mengisi waktu luang yang lebih bermanfaat. Beliau juga, mengatakan alasan yang lain yaitu santri dan gurunya sama-sama mendapatkan pahala untuk measuk surga kelak. 

Menghadapi anak-anak yang suka bercanda dan bermain. Begitulah sosok bapak Ikhwan sebagai guru mengaji di desanya yang memiliki jiwa baik dalam pribadinya dan juga dapat mengispirasi warga desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun