Wajah merona menyemat keluh kekesalan
Tagar darurat mencekal biang kekeliruan
Asap menyusup terperangkap jalan
Beruntung tersapu derasnya air hujan
Sejenak kepala mendingin amarah tersimpan
Semudah itu meletup semudah menghentikan
Apakah tak lelah tangan menggenggam mata dipelototkan
Ke mana sifat asih yang pertama mengagumkan
Sekian lama dalam satu kendaraan
Hempasan dan ayunan telah dirasakan
Pemandangan indah sering terabaikan
Tiada lagi udara segar sehirup senyaman
Keras hatimu telah menjauhkan
Pelipur diri merangkai kata mengabadikan
Jiwa kekanakan muncul menjengahkan
Bilakah sakinah mawaddah terwujudkan
Larut malam mengantarkan kesendirian
Jelajah maya menemukan pengakuan
Jika cuma materi yang kau utamakan
Mengapa langit tak berbintang kau risaukan
Akhir kata andai langit tak berbintang biarkan
Misteri diam bukan tanpa pikiran
Waktu yang tepat doa kupanjatkan
Uji diri tetap dalam kesetiaan
Bila amanah sudah kau khianatkan
Lidah berdalih untuk kebenaran
Ke mana lagi jujur kau dustakan
Terasa sulit kubangun kepercayaan
Depok, 12 Februari 2022
=====================
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI