Mohon tunggu...
Yus Afiati
Yus Afiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar di PAI,Institut Pembina Rohani Islam Jakarta

Seorang ibu rumah tangga yang belajar dan mengajar, menanamkan akar agama yang kuat kepada generasi muda untuk menjadi manusia yang manfaat, mencari ridho Allah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyum Perih Itu

5 Oktober 2021   09:54 Diperbarui: 5 Oktober 2021   11:03 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

SENYUM PERIH ITU

===================================


Kesekian kali dia mengelap keringat yang membasahi wajahnya
Hatinya terasa dag dig dug memandang atap sang maha luas di atasnya
Sudah empat kali ganti kalender di tembok rumahnya
Entah berapa kali ucapan yang menusuk itu keluar dari lisannya

Naluri kegalauan seorang wanita yang telah menemukan banyak kebohongan untuknya
Menahan gejolak jiwa menghalau riuh di dadanya
Reflek dia raba di bawah matanya
Sungguh aliran itu tak lagi membasahi pipinya

Sepuluh tahun berlalu belum terasa kering alirannya
Sedikit menerka, oh aku sudah kehabisan air mata sekian lamanya
Berputar seratus delapan puluh derajat hidupnya
Keluh kesah perih menahan luka batinnya

Datanglah detik saat bungkusan masalah tak lagi cukup menampungnya
Mengalirlah rangkaian kecewa karena dihina, dinista, diabaikan, dicurangi, dikhianati begitu deras dari bibirnya
Semua berakhir dalam getar suaranya
Dan berakhir dengan kalimat istighfar kepada RabbNya


Ya Allah, semua harus tertumpah di hari ini adanya
Harapan hanya pada kemuliaan dan kehendak RabbNya
Semua yang sudah terkumpul seketika hilang pada akhirnya

Tersayat, terluka, terkuliti oleh kepongahan teman hidupnya
Perlahan namun pasti dia bangkit dari kesedihannya
Diambilnya Al Quran, direnungi maknanya
Tersadar kini seberat apapun ujian takkan melebihi kemampuan dirinya

 Depok,5 Oktober 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun