Mohon tunggu...
Yusak Elisa Kathi
Yusak Elisa Kathi Mohon Tunggu... Politisi - pada akhirnya semua akan terbuka

Seorang yang belum dapat berbuat banyak. namun dalam proses untuk bisa mengenal diri, merubah diri demi perubahan disekitar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ilmu Kira-kira

18 Juni 2013   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:48 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy



“Tolak kenaikan BBM,!!!!!!!!!”

Tulisan di atas saya lihat pada spanduk yang terpampang di pinggir jalan tatkala saya sedang melintasi badan jalan dengan mengendarai sepeda motor berwarna biru yang selama ini menemani saya. Media cetak dan elektronik gencar memberitakan tentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) seraya menampilkan beberapa aksi demonstrasi, sehingga berpeluang memunculkan pro dan kontra beberapa kalangan kelas sosial mulai kelas ekonomi belum sejahtera sampai ke tingkat para juragan tentunya dengan argument menurut kepentingan masing-masing golongan.

Berbicara soal kenaikan harga BBM, saya ingin sedikit berbagi testimoni pengalaman saya mengikuti pelatihan bertema “Energi Terbarukan” yang diadakan oleh Stube Hemat Yogyakarta pada tanggal 14-16 Juni 2013 di Wisma Santi Dharma Godean, Bantul Yogyakarta.

Apa itu Energi Terbarukan? (Tanya saya di dalam hati sebelum mengikuti pelatihan). Namun di hari pertama pelatihan tersebut saya mulai mengerti tema yang diangkat dalam pelatihan yang membahas tentang bagaimana memanfaatkan panas matahari, air, kotoran hewan, serta angin menjadi sumber energi yang selalu mampu diperbarui, memiliki nilai ekonomis, serta ramah lingkungan (inilah saat dimana pertanyaan saya mengenai tema pelatihan Energi Terbarukan terjawab).

Tidak hanya sebatas pembahasan materi yang saya dapatkan dalam pelatihan. Hari ke 2, saya beserta peserta lain melakukan kunjugan ke beberapa tempat di Yogyakarta yang telah menggunakan energi terbarukan. Pada kunjungan ini para peserta dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok pertama meluncur ke daerah Cangkringan Sleman Yogyakarta yang memproduksi biogas menggunakan kotoran sapi, kelompok ke dua (nah saya termasuk orang yang beruntung masuk kelompok 2 ) mengunjungi dusun Singosaren di daerah Imogiri Bantul, yang telah memanfaatkan air dengan menggunakan kincir sebagai pembangkit listrik, tak kalah menariknya kelompok ke tiga mendapat kesempatan mengunjungi tempat pemanfaatan gabungan angin dan panas matahari sebagai pembangkit listrik.

Saya ingin sedikit bercerita tentang pembangkit listrik tenaga air dengan menggunakan kincir ala pak Mutohar. Pak Mutohar adalah seorang petani asal dusun Singosaren, Wukirsari, Imogiri Bantul Yogyakarta dan merupakan pelopor kincir air di dusun tersebut. Saya dan rombongan bertemu pak Mutohar di posko mirip tempat pos ronda yang terletak berseberangan dengan kincir angin rancangannya.

Di tempat tersebut sambil dihidangkan gorengan tahu dan tempe serta beberapa gelas es teh kami memulai perbincangan diawali perkenalan sampai ke pembicaraan yang lebih serius. Saya beberapa kali bertanya kepada beliau, dan ada beberapa kutipan dari jawaban beliau yang menurut saya sangat menarik untuk di ceritakan kembali.

Pak Mutohar berkata ide membuat kincir air tersebut muncul saat dirinya membaca surat kabar yang memberitakan krisis energi setelah pak Mutohar dan warga selesai kerja bakti. Ide yang muncul itu membuatnya bersama warga akhirnya memulai pembuatan kincir air pada tahun 2006 dengan menggunakan besi ulir bekas, besi siku bekas, seng bekas, drum bekas dan semuanya itu ternyata dibeli menggunakan uang hasil pinjaman di beberapa pihak, salah satunya dari peternak yang ada di dusun mereka sebesar Rp 800.000.

Semakin tertariknya dan dengan menggebu-gebu karena rasa ingin tahu saya, pertanyaan tentang teknis pembuatannya pun muncul dan dengan apa adanya beliau menjawab “yah kami buatnya dengan ilmu kira-kira saja (maksudnya tanpa perhitungan sistematik dan ilmiah tapi lebih menggunakan insting)” ( hehe, jawaban itu sontak membuat saya tersenyum sambil menggelengkan kepala tanda keheranan) sambil saya menjawab wah berarti trial and eror ya pak, seraya saya tersenyum kagum. Tapi justru jawaban-jawaban beliau yang apa adanyamembuat saya terkesan, pak Mutohar yang notabene hanya seorang petani tanpa gelar sarjana mampu mengajak warga bekerja sama memanfaatkan saluran irigasi yang berukuran kurang lebih 2 meter di dusunya tersebut menjadi sumber energi pembangkit listrik dengan menggunakan kincir air (sekali lagi saya terkagum-kagum dengan ciptaan Tuhan yang luar biasa).

Walaupundaya yang dihasilkan tidak besar, sekitar 450W saat debit air rendah, namun yang saya garis bawahi adalah kepekaannya terhadap situasi dan kepeduliannya terhadap alam membuat apa yang telah dilakukan beliau memang layak mendapat apresiasi, ia menyadarkan saya bahwa sebenarnya setiap orang, tidak hanya orang kaya/orang berlatar belakang sarjana, asal mau peduli terhadap alam dan mau mencoba akan mampu merancang kincir air sebagai pembangkit listrik tenaga air seperti yang telah ia dan warga dusun Singosaren lakukan, atau bahkan menemukan alternatif baru sebagai solusi dari krisis energi di Indonesia khususnya.

Singkat cerita, selama 3 hari 2 malam mengikuti pelatihan tersebut membuka lembaran pengetahuan yang baru bagi saya dalam menyikapi isu tentang krisis energi di dunia pada umumnya dan Indonesia khususnya.

Saya menjadi sadar betapa Tuhan sungguh telah menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Kenaikan harga BBM bagi sebagian orang mungkin menjadi sumber kepanikan karena biasanya tak pernah lepas dari kenaikan harga barang dan jasa. Tetapi menurut saya hal itu seharusnya dijadikan sebagai motivasi untuk menjadi lebih bijak dalam pemanfaatan energi atau bahkan mendorong semua orang ketahap pemanfaatan Energi Terbarukan.

“Lakukan pemborosan terhadap energi, penderitaan menjemput Anda –yoesackh2013-“

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun