Jadi, lanjut Arif, kesuburan tanah atau kesehatan ekologi pertanian dalam program Prabu Kresna itu benar-benar sudah terjamin. Tidak menjadi kekhawatiran lagi.
"Terkait kendala pertanian organik ini, tentu ada. Yakni, pertumbuhan gulma di sekitar padi lebih banyak," terangnya.
Gulma berupa rerumputan itu tumbuh subur karena tak terintervensi pestisida kimia. Untuk mengatasi kendala itu, Pertamina EP Sukowati Field memberikan mesin mekanis khusus untuk para petani.
"Alat itu bernama Cakra Baskara. Didesain khusus untuk memudahkan petani dalam menyiangi gulma," jelasnya.
Alat Cakra Baskara tersebut, ungkap Arif, dirancang oleh para piawai Pertamina EP Sukowati Field pada Divisi Mechanical Engineering, Mechanical, dan Fabrikasi.
"Dengan alat itu, penyiangan gulma lebih efektif 70,86 persen. Hemat tenaga 44 orang per hari per hektar per musim," Â ungkapnya.
Sutikno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Rahayu mengemukakan hal serupa. Dia menambahkan, para petani yang tergabung dalam program Prabu Kresna ini sangat terbantu.
"Kami juga tersadarkan. Pertanian organik itu lebih baik dan lebih menguntungkan ketimbang sebelumnya," tuturnya.
Pria akrab disapa Tikno itu meneruskan, kini pihaknya sudah alergi dengan pupuk kimia. Untuk menyuburkan padi, kini pihaknya menggunakan pupuk organik 100 persen.
"Kami produksi sendiri pupuk organik itu. Bahannya dedaunan, sisa makanan, dan kotoran hewan," jelasnya.
Tempat dan instalasi produksi pupuk organik itu, kata dia, difasilitasi Pertamina EP Sukowati Field. Setiap bulan, pihaknya bisa memproduksi lebih dari 7 ton aneka jenis pupuk organik.