Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Oh Tidak, di Pemilu 2019 Ini Saya Terancam Golput!

13 Februari 2019   11:30 Diperbarui: 13 Februari 2019   12:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Jatim-Tribunnews.com

Tahun 2019 ini akan jadi salah satu tahun sejarah yang akan menentukan nasib Indonesia dalam 5 tahun mendatang. Dalam tahun-tahun sebelumnya saya melalui dengan hati yang tenang sebab selain media sosial tidak segencar sekarang, hoax pun tidak banyak dan hak pilih saya juga terjamin. Dipastikan saya bisa memberikan suara.

Tapi keadaan saat ini sungguh berbeda. Cukup merasa was-was karena pindah domisili sementara KTP masih di tempat yang lama. Sempat kepikiran bagaimana jika saya tidak bisa mencoblos di Pemilu 2019 ini? Padahal saya sangat antusias jika menyangkut urusan hak suara pada pemilu terutama dalam Pilpres. 

Bagaimana tidak? Sekarang jamannya kebebasan berpendapat. Setelah sekian lama hak pilih rakyat terbelenggu, baru di tahun 2004 ada pemilihan presiden secara langsung. Siapa yang akan jadi presiden, rakyatlah yang memilih. 

Alangkah bahagianya anak muda yang hidup di jaman millenial ini, karena tidak pernah mengikuti Pemilu di masa lalu. Dulu hak pilih rakyat seakan terbelenggu, karena apapun partai yang kita coblos, hasilnya pasti sama saja. Orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan adalah orang yang elit sementara rakyat biasa cuma bisa menonton lewat siaran pers di televisi. Yang jadi presiden juga sama hanya wakilnya saja yang berganti-ganti. Entah karena pada saat itu tidak ada orang lain di Indonesia yang bisa dijadikan presiden atau masih mengikuti sistem kerajaan yang menganut jadi raja seumur hidup?

Baru pada tahun 1998, ada gerakan Reformasi besar-besaran dan Indonesia seolah "dipaksa" untuk memiliki presiden ke-3 lalu ke-4. Dan di tahun 2004, sejarah baru diukir karena untuk pertama kalinya di Indonesia, presiden dipilih oleh rakyat secara langsung sampai sekarang. Masa jabatan presiden pun dibatasi hanya dua periode saja. Jadi katakan selamat tinggal pada rezim "presiden seumur hidup".

Buat saya dapat memilih presiden secara langsung adalah sesuatu yang istimewa karena kita bisa memilih kandidat calon presiden yang kita kenal bagaimana karakternya, visinya, keluarganya. Sebagai rakyat jelata, kita bisa mempercayakan kepemimpinan bangsa ini ke orang  yang tepat. Sangat disayangkan jika saya terpaksa Golput karena tidak mendapat hak pilih karena masalah domisili. Semoga hal ini bisa diatasi dengan pulang ke tempat asal KTP saya atau memilih di tempat sekarang tinggal dengan mengurus A-5. Jadi saya masih bisa mendapatkan hak sebagai warga negara. 

Alasan lain yang bisa memungkinkan saya Golput adalah pada dua pasangan calon presiden & wakil presiden. Saya akui kedua capres dan cawapres adalah orang-orang yang hebat dan terbukti di bidangnya. 

Hebat juga para pendukungnya yang terkesan begitu militan berperang sosial media sampai melancarkan amunisi hoax dan fitnah demi menjatuhkan kubu lawan. Saya cukup jenuh mengikuti suhu politik yang kian hari kian memanas. Tetapi bagi orang yang pikirannya jernih, saya yakin tidak akan mudah terpancing berita hoax yang terus dikobarkan dan makin tak masuk akal. 

Menurut saya justru lewat perang medsos akan terlihat jelas mana paslon yang benar-benar pantas menjadi pemimpin negeri ini dan mana yang hanya ingin memecahbelah bangsa. Di tengah fenomena ini jujur, saya menginginkan ada paslon lain yang lebih kompeten masuk dalam ajang pemilihan presiden ini. Bukan hanya orang yang suka nyebar berita bohong yang menimbulkan keresahan bagi rakyat. 

Namun pada akhirnya saya menolak jadi Golput, karena saya mau yang jadi pemimpin bangsa ini adalah orang yang bisa bertanggung jawab membawa bangsa Indonesia ini lebih damai, ada toleransi antar umat beragama, keamanan untuk kaum minoritas, membuat rakyat jadi makin sejahtera, adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Jangan mudah jadi Golput karena satu suara saja sungguh berharga bisa membawa negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang tepat. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun