Kita memasuki sebuah zaman dimana semua serba berubah, realitas berubah maka respon pun berubah, masalahnya Kita bukan robot, yang bergerakÂ
sesuai perintah, kita adalah manusia yang mempunyai akal untuk berfikir dan merenung. Yang membedakan kita dengan makluq lain adalah kita punya banyak pilihan respon. Contoh Ketika di rumah situasi tidak menyenangkan, seringkali kita berasumsi sehingga respon kita pun tidak mengenakkan. Padahal manusia mempunyai kemampuna dalam situasi stress pun kita bisa memilih untuk tidak stress. Inilah yang disebut mindfulness, contoh yang paling mudah adalah merespon orang marah tidak harus dengan marah, kita perlu mengambil jeda sebelum merespon, berhenti, dengan jeda kita punya banyak. Pilihan untuk merespon. Mindfulness mampu menjaga kewarasan berfikir sehingga ujungnya tidak berakhir kecewa dan penyesalan
Lawan dari mindfulness adalaha mindless, akibatnya sering stress, itulah mengapa sumber utama stress adalah fikiran, orang lain punya masalah sama dengan kita, namun belum tentu punya stress yang sama, bahkan ada bebearapa yang menyikapi dengan sikap terbaik, sehingga ia bisa berdamai dengan stress, maka sebelum. Kita beresin yang lain, penting untuk membereskan pikiran dulu
Solusi awal adalah dengan terjun ke dalam diri, merangkul setiap riuh situasi dan kondisi. Sehingga bisa merasakan rileks, dengan rileks akan muncul banyak ide dan kreatifitas. Memang Tuntutan akan sll ada, maka hal sering kita abai adalah Tidak semua harus kita fikirkan, ada hal yang perlu kita coret dan buang Diri kita terlalu larut dg fikiran overthinking
Maka mindfullness adalah menjaga jarak dari fikiran
Agar fikiran tidak banyak terbebani, salah satu solusi adalah dengan mengurangi jalur komunikasi. Berapa banyak kita habiskan waktu dan lupa diri hanya untuk menyimak IG story, update status WA teman. Apa untungnya, apa manfaatnya kepo urusan orang. Renungkan bahwa banyak orang pakai topeng di dunia maya, padahal dunia nyata tak serumit dunia maya. Penuh pencitraaan dan kemunafikan. Mungkin slow respon, mungkin di jam jam tertentu tidak bisa dihub, semata mata untuk menjaga Kesehatan mental kita. Lelah dan capek terjadi karena kita terlalu banyak berfikir, terlalu banyak pekerjaan, ibarat kamar yang penuh sesak, maka perlu disedekahkan barang barang yang sudah tidak dipakai. Sehingga lebih lapang, perasaan lebih nyaman
Maka pekerjaan hanyalah pekerjaan
Ia hanya bagian dari kehidupan kita
Maka jangan sampai pekerjaan menguasai kehidupan kita. Its okey not to be okey.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H