Mohon tunggu...
Yurni Latifah
Yurni Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Psikologi: Peran Guru di Sekolah dalam Memahami Konsep Diri bagi Siswa

28 Oktober 2024   22:09 Diperbarui: 28 Oktober 2024   22:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru Mengajar (Dok. Kemendikbud Ristek)

Perkembangan citra diri merupakan aspek penting dalam proses pertumbuhan pribadi. Konsep diri mencerminkan pemahaman individu tentang siapa dirinya, berkembang melalui pengalaman hidup dan interaksi sosial. Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat memberikan pemahaman serta penerapan untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam aspek psikologis, sosial dan emosional.

Konsep diri merupakan pandangan dan evaluasi terhadap dirinya sendiri dan mencakup berbagai aspek seperti aspek fisik, psikologis, sosial dan emosional. Hal ini termasuk menilai keyakinan, perasaan, karakteristik dan kemampuan individu. Menurut Erik Erikson, perkembangan konsep diri dapat terjadi melalui lima tahap utama :

  • Trust and Mistrust (Lahir-18 Bulan)

Pada tahap ini, bati mengembangkan rasa percaya terhadap orang tua dan lingkungan. Keberhasilan dalam tahap ini menghasilkan rasa aman, sementara kegagalan dapat menyebabkan ketidakpercayaan.

  • Autonomy vs Shame and Doubt (Usia 18 Bulan-3 Tahun)

Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga sering kali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya (Thahir, 2018, hlm. 36).

  • Initiative vs Guilt (4-5 tahun)

Inisiatif atau rasa bersalah adalah kecenderungan yang dihadapi oleh individu pada masa prasekolah (4-5 tahun). Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan atau keterampilan yang membuatnya terdorong untuk melakukan beberapa kegiatan. Akan tetapi karena kemampuan anak masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

  • Industry vs Inferiority (6-11 tahun)

Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 hingga 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya.

  • Identity vs Identity Confusion (12-20 tahun)

Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja ditandai dengan adanya kecenderungan identitas dan kebingungan identitas. Para remaja mengalami krisis identitas sebagai salah satu bentuk dari persiapannya untuk menjadi dewasa. Mereka biasanya akan mulai mengasa kemampuan dan kecakapan-kecakapan untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.

  • Intimacy vs Isolation (21-40)

Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain.

  • Generativity vs Stagnation (41-65 tahun)

Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada tahap ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 hingga 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativitas atau stagnansi. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.

  • Ego Integrity vs Despair (65 tahun ke atas)

Tahap terakhir dalam teori perkembangan Erikson disebut dengan tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan antara integritas melawan keputusasaan. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun