Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Radiasi Sosial

3 Juli 2017   19:13 Diperbarui: 3 Juli 2017   19:33 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bom merupakan alat untuk meledakkan sesuatu, tapi untuk meledakkan itu kita harus menjauh dari bom tersebut. Harus jauh, karena jika dekat sedikit saja kita akan terpental dan terkena lemparan serpihannya, suaranya yang menggelegar dan radiasinya yang bisa masuk ke dalam kulit. Bom Atom contohnya. Itu sebabnya, bom merupakan alat yang mengerikan yang mampu membunuh siapapun yang masuk ke dalam radiusnya. Jika dilakukan dengan baik, maka Bom atau dinamit dapat menjadi alat yang dapat membantu pekerjaan, seperti yang dilakukan oleh Alferd B Nobel dalam membantu pekerja tambang.

Tokoh yang mampu menggerakkan massa ialah bom dalam bentuk yang lain. Ir Soekarno, Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, Nabi Muhammad, Sidharta Gautama, Stalin ialah bom mereka menyebarkan ajarannya karena ada yang namanya radiasi sosial yang masuk ke dalam tubuh guna menggerakkan orang tersebut melakukan apa yang diminta olehnya. Baik dengan cara yang tegas atau dengan cara yang lembut. Dasar dari radiasi sosial ialah interaksi sosial (proses sosial) yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya pengantar sosiologi cetakan ke-46 sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama (2014 : 54).

Pada era kolonialisme dan imperialisme, ketika Indonesia dijajah oleh Belanda, presiden Soekarno membom masyarakat melalui kalimat-kalimat perlawanannya (Indonesia Menggugat). Belanda terlambat untuk mematikan langkah Soekarno, sehingga ketika bom meledak 'Buummm...' radiasi dari bom tersebut sudah masuk ke dalam kulit, menggetarkan dan menggelora. Masyarakat sudah sadar dan mantab melangkahkan kaki untuk menendang Belanda harus keluar dari bumi Indonesia. Setelah pidato Indonesia Menggugat mencuat muncul organisasi-organisasi lain yang menggerakkan melakukan perlawanan, baik secara masif atau secara nyata.

Begitu juga pada diri Adolf Hitler, seorang militer berpangkat kopral karena ketegasan, keberanian dan kepintarannya melawan pemerintah waktu itu, membuatnya menjadi orang yang disegani nomor satu di Jerman dan musuh nomor satu di Eropa. Hitler meledak 'Bumm...!!!', yahudi, sekalipun Hitler dihukum kebencian akan kaum Yahudi tak pernah surut, pemerintah waktu itu terlambat menyadari bahwa Hitler akan menjadi populer dan menyebarkan radiasinya ke masyarakat.

Saat ini, Habib Rizieq Shihab membom masyarakat Indonesia dengan radiasinya membuat seluruh masyarakat dari penjuru Indonesia datang ke Jakarta. 411 dan 212 merupakan buktinya. Pemerintah terlambat menangani karena anggapan kebencian tapi karena bom sudah meledak, radiasi sudah terpancar maka yang terjadi sekalipun Habib Rizieq Shihab tidak ada masyarakat yang terpapar radiasi akan terus melakukan dan menyerukan apa yang sudah dilakukan itu.

*****

Radiasi tersebut berasal dari interaksi sosial dimana pihak satu mempengaruhi pihak lainnya, ada suatu momen disana yang menyebabkan interaksi sosial tersebut tidak berarti lagi simbolik melainkan hubungan batin karena sudah satu visi. Orang-orang bergerak mengikuti apa yang diucapkan pihak tersebut, seperti radiasi tanpa melalui suatu perantara dari sumber menuju obyek. Hubungan yang jauh di dekatkan melalui sosial media, pengaruh media dalam sosialisasi sangatlah besar, karena sudah tidak ada istilah jauh. Lebih dekat daripada urat nadi.

Menghilangkan radiasi bukanlah perkara gampang, sekalipun bomnya sudah dihentikan dan dimatikan. Perlu penanganan khusus, dimana diperlukan air untuk membasuh bagian-bagian yang terkena radiasi, tidak diperkenankan menggunakan air terbuka karena sudah terpapar radiasi (kasus bom Atom) melainkan air yang muncul dari bawah. Harus ada kalangan-kalangan dari bawah yang memberikan air kesegaran terhadap gersangnya kehidupan sosial, politik dan budaya sekarang. Lihat saja, di media sosial manapun cenderung memperlihatkan pembunuhan, perampokan, tindakan asusila dan yang terbaru pemain bulu tangkis Denmark dikomentari buruk yang berujung pada keinginan dirinya hendak diakhiri hidup.

Radiasi ini sudah menyebar kemana-mana menjadi sebuah spora dan berkembang berubah bentuk yang awalnya hanya kebencian menjadi niat untuk membunuh. Pemerintah Indonesia harus mengawasi bibit-bibit yang dianggap mengumbar kebencian agar tidak menjadi sebuah Bom Sosial di kemudian hari. Jangan sampai ketakutan yang berlebihan dari pemerintah RI malah menjadi bom yang meledak pada diri sendiri seperti era Orde Baru. Sulit memang, dan jika nanti ada Bom Sosial yang meledak lagi mohon dipersiapkan sumber-sumber penyegaran untuk menghilangkan apa yang dinamakan sebagai radiasi sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun