Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasih Sayang dan Cinta Sepasang Kekasih

3 Juni 2019   09:16 Diperbarui: 3 Juni 2019   09:20 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf, jika tulisan ini merusak suasana berkabung atas meninggalnya mantan ibu negara, Kristiani Herrawati. Hari sabtu (1/6) istri mantan presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono itu menghembuskan nafas terakhir di National University Hospital, Singapura, karena menderita kanker darah. Sebuah penyakit yang masih belum ditemukan obat untuk mengatasinya.

Berbeda dengan jenis penyakit biasa, seperti flu atau bersin atau demam atau jenis penyakit sedang, tifus, DBD dan radang tenggorokan, kanker merupakan penyakit berat dan harus mendapatkan perawatan serta perhatian intensif. Segala daya dan upaya harus dikerahkan oleh dokter terbaik juga dorongan semangat dari keluarga dekat, terutama orang-orang terkasih.

Sekalipun untuk sembuh mempunyai peluang tipis, tetapi tetap harus berusaha untuk dapat memperpanjang masa hidup. Dan itulah yang dilakukan oleh SBY sekeluarga demi istri, ibu bagi anak-anaknya serta nenek bagi cucu-cucunya. Tidak peduli seberapa besar ongkos yang dikeluarkan oleh SBY, yang paling penting ialah kesembuhannya.

Fasilitas terbaik dikerahkan. Presiden Joko Widodo bahkan mengutus kepala RSPAD dr Mayjend Terawan Agus Putranto untuk menanganinya. Hal luar biasa dan istimewa yang hanya didapat oleh istri, pendamping setia Presiden, dimana suaminya sibuk mengurus dan memimpin negara. Hal yang memang sudah sepatutnya.

Namun, hal lain yang menyisakan duka karena kepergiannya, yakni bahwa ada orang lain yang memiliki masalah serupa walau segala daya dan upaya serta fasilitas yang dimilikinya terbatas bahkan cenderung masuk kategori kriminal. Ialah Fidelis Arie Sudarwoto yang istrinya, Yeni Riawati, meninggal karena penyakit Syringomyelia atau tumbuhnya kista berisi cairan (syrinx) d dalam sumsum tulang belakang (regional.kompas.com, 2017/04/04).

Itu penyakit yang memerlukan operasi untuk mengeluarkan cairan kista di dalam tulang belakang. Tapi, karena kondisinya melemah, keberhasilannya kecil dan bisa menimbulkan efek samping (disadur dari berita kompas.com). Selain dibawa ke RS (bahkan sampai Rumah Sakit Jiwa), ia juga membawa istrinya ke dukun untuk pengobatan. Di Indonesia, penyakit ini belum cukup familiar. Dan memerlukan usaha ekstra keras menggali info mengenai penanggulangan penyakit itu.

Fidelis berhasil menemukan informasi berharga. Internet menghubungkannya dengan beberapa orang di luar negeri yang memiliki masalah serupa. Eropa dan Amerika Serikat. Masalahnya, solusi yang orang itu (berasal dari Kanada) tawarkan sangat bertentangan dengan hukum di Indonesia yang melarang penggunaan tumbuhan-tumbuhan khusus, yakni, Ganja.

Padahal, jika diekstrak tanaman tersebut dapat membantu istrinya bertahan hidup. Ia melakukannya dan memang ada perubahan signifikan. Hal yang cukup menggembirakan, karena cinta dan kasih sayang seorang sepasang kekasih dapat melakukan apa saja yang bahkan tidak pernah terbayangkan orang. SBY dengan Ani, Habibie dengan Ainun, dan Fidelis dengan Yeni. Rasanya seperti melihat Adam dan Hawa yang berusaha bertemu (karena dipisahkan saat diturunkan ke bumi oleh Tuhan) untuk dapat hidup bersama selamanya.

Inilah yang merusak suasana berkabung itu. Jika SBY dan Habibie dapat melakukan segala sesuatunya untuk orang yang dicintai, Fidelis tidak. Bahkan, akhir tragis dan ironis harus diterima (secara paksa) dengan lapang dada. Hakim, BNN, dan orang-orang yang tega melaporkan dirinya karena menyangka dirinya menggunakan ganja untuk hal yang menyimpang harusnya bisa menahan diri dan melihat fakta secara obyektif. Mereka harusnya bertanggung jawab atas perilaku yang menyebabkan Yeni menghembuskan nafas terakhir, 35 hari setelah penahanan Fidelis. Bahwa mereka harus melihat dengan mata yang jeli selain hukum yang tertulis ada rasa peri kemanusiaan yang berdiri diatas segala-galanya. Terutama, masalah cinta hidup dan mati sepasang kekasih.

Bahwa penyakit memerlukan solusi untuk penanganannya itu harus disadari. Jika darurat, demi hak hidup, tak seharusnya hukum melarang penggunaan tanaman-tanaman khusus untuk itu. Hanya sekiranya sangat memalukan jika harus tunduk (mematuhi) pada konstitusi yang berjalan pincang. Disisi lain Fidelis dihukum, disisi lain seorang politisi yang kepergok dibebaskan (dan dilabeli korban). Apa maksudnya?

Akhir kata, kepergiaan seseorang yang terkasih memang sungguh sangat berat. Usaha acap kali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sekalipun besar dan begitu banyak upaya yang dilakukan SBY juga Habibie, toh, sama halnya dengan nasib Fidelis. Kembali ke sang Maha pencipta, mungkin, begitulah cara-Nya untuk memberikan ujian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun