Mohon tunggu...
Yurnalis Bustomi
Yurnalis Bustomi Mohon Tunggu... -

profesional trader and\r\nMedical doctor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Buat Apa Menghamburkan Uang Rakyat Untuk Pemilu, Jika Hanya di jadikan "Game" Politik

13 April 2014   18:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu legislatif 2014 baru saja usai, hasil perkiraan berdasarkan quick count pun telah diumumkankan dan peta perolehan suara hampir bisa diprediksi dimana tidak satupun partai politik memperoleh suara diatas 20 persen sebagai syarat bagi parpol untuk mengajukan capres untuk berkompetisi di Pilpres 2014 yang akan datang. tak pelak kondisi ini membuat parpol-parpol yang santer telah mengusung capres sebelum Pileg kalang-kabut. berbagai strategi disusun untuk memperoleh dukungan dari partai yang tadinya "lawan Politik" untuk bersatu menghimpun diri agar memenuhi hitungan matematis diatas 20 persen agar photo nya bisa dipajang di TPS-TPS saat Pilpres nanti.

Tak perduli kawan atau lawan, mereka mulai menghimpun diri dengan slogan " Kerjasama, koalisi, konfederasi" untuk mencari selamat dari hukuman rakyat karena suara mereka tidak cukup diatas 20 persen. antar mereka pun sepakat bahwa diantara mereka tidak ada sekat, alias mirip-mirip, tidak ada dikotomi nasionalis-religius begitu propaganda yang mereka dengungkan. rakyat kecil seperti saya lalu bertanya, lha kalau ternyata sebenarnya kalian itu mirip, program kerja kalian bisa klop satu sama lain, tidak ada dikotomi bla..bla...bla...pokoknya persis yang beda hanya bendera tok,untuk apa kalian bertarung memecah belah rakyat seminggu yang lalu serta menghabiskan triliunan uang rakyat hanya untuk memanjakan kalian dalam permainan game ini ? setelah permainan game over, kalian ketawa -ketawa cipika-cipiki bebagi kue lezat kekuasaan tanpa sedikitpun menjaga perasaan rakyat pemilih yang telah mengorbankan harta, benda bahkan nyawanya untuk permainan game kalian.

Apakah Sebenarnya Multipartai itu ada di Indonesia?

Perdefinisi Partai politik merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-bentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa menjalankan program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog, dan misi tertentu yang diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga mempunyai pengurus dan massa. merujuk kepada definisi diatas seyogjanya partai-partai yang  berkompetisi di pemilu itu dapat dibedakan paling tidak dari program kerja serta ideologi yang mendasari terbentuknya partai itu. Ali Syariati, mendefinisikan ideologi sebagai keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau suatu ras tertentu. kalau merujuk ke definisi partai politik dan definisi ideologi diatas semesti partai - partai yang bertarung dalam pemilu itu ada Demarkasi yang jelas, demarkasi bukan dalam artian negatif tetapi tentusaja demarkasi itu ibarat kita makan ke kawasan kuliner.di sana tersaji beragam variasi menu nusantara yang semuanya enak dan lezat. kita tentunya bisa memilih menu-menu sesuai selera yang kita ingin kan untuk mengenyangkan perut kita, tentu perut kita tidak akan kenyang jika kita menyantap menu yang tidak sesuai selera kita kendati syarat gizi dan kebersihannya terpenuhi.

yang mengheran, partai-partai politik sebelum pileg seolah-olah mereka punya demarkasi yang jelas, masing -masing punya ideologi yang terbaik bagi bangsa kata mereka, sehingga rakyat bahu membahu mengorban harta, bahkan nyawa untuk membela partai yang sesuai ideologi mereka, akhirnya hiruk pikuk pun terjadi. dibeberapa wilayah terjadi beberapa tindakan kekerasan, di TPS -TPS terjadi kekisruhan demi kekisruhan seperti tampak dimedia. tak satupun dari partai-partai itu berani mengatakan " hai pendukung - pendukungku  tidak usah ribut silahkan pilih partai yang mana saja..karena kita semua sama kok... terserah coblos apa saja di pileg nanti ", melainkan  mereka malah berlomba-lomba menunjukan bahwa merekalah yang terbaik yang pantas dipilih karena berbeda dengan yang lainnya dalam hal ideologi dan program. begitulah yang terjadi menjelang pileg.

Tapi apa yang terjadi dua hari kemudian, quick count menunjukkan tidak ada satupun partai yang tampil dominan, mereka mendapati  suara - suara rakyat  tersebar di partai - partai sesuai IDEOLOGI rakyat pemilih, terlihat sekali rakyat lebih pintar dari parpol, kendati capres - capres mereka menyuguhkan surga saat kampanye, tapi rakyat rupanya memilih tidak berdasarkan surga-surga yang ditawarkan, merujuk pendapat para pengamat rakyat kembali Ke Rumahnya masing-masing. tapi partai - partai rupanya belum cerdas, boro-boro mau mencerdaskan masyarakat. mereka lalu mempertontonkan trik-trik memuakkan, dengan mengeluarkan propaganda, " tidak ada dikotomi, no demarkasi, platform kita sama...bla..bla....." mereka menyebrang kesana kemari mencari kendaraan menuju istana. ideologi partai jadi pertimbangan no 10  sepertinya yang penting bisa duduk di kursi empuk kekuasaan. sebagian rakyat lalu berpendapat kalau semuanya merasa sama, karena kalian pengurus partai itu orang-orang pintar semua,  ya daripada menghabiskan uang triliunan sia-sia, mengorban nyawa , serta  gejolak prapemilu yang menghabiskan energi bangsa  mending kalian partai politik yang semuanya mengaku " SAMA SEMUA" duduk bareng aja berembug setiap lima tahun pilih satu diantara kalian jadi peresiden dan angkat menteri dari golongan kalian-kalian itu. biar lebih oke buat sistem ARISAN ajalah.. tahun ini partai A, 5  tahun lagi kocok pakai gelas, eh keluar Partai B ...begitu seterusnya, rakyatpun senang tidak ketar ketir, polisi pun gembira tidak harus berhadapan dengan perusuh pendukung caleg haus kekuasaan, semua kita gembira karena punya uang yang banyak di kas negara yang tidak terkuras akibat permainan game kalian yang mengaku berbeda sebelum pileg tetapi mengaku sama setelah pileg ha.ha.ha.ha.ha.ha.ha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun