Mohon tunggu...
yurnaldi panduko rajo
yurnaldi panduko rajo Mohon Tunggu... -

menulis telah mengantarkannya menjelajah dunia imajinasi, dunia maya, dunia kata-kata, dan dunia nyata --dari benua Asia, Eropa, Afrika, hingga Australia. bersama sastrawan Hamsad Rangkuti, mengikuti pertemuan penulis dunia di Inggris, 2004. telah menulis dan mengeditori sejumlah buku. juga telah memberikan pelatihan kepada ribuan calon wartawan, wartawan, sarjana, mahasiswa, siswa, pejabat humas/public relation.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mari Berburu Kepiting Endemik Mentawai dalam Festival Muanggau!

16 Agustus 2017   12:16 Diperbarui: 17 Agustus 2017   09:14 1653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Kepulauan Mentawai, Judas Sabagalet. (Foto: Dok Ramayani Aziz Sababalat)

Saat terang bulan memunculkan sebuah fenomena unik dan menarik di Kabupaten Kepulauan Mentawai, sekitar 120 mil laut barat Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Di daerah terdepan Indonesia di Samudera Hindia yang dijuluki "Surga Dunia Negeri Sikerei" itu, kepiting yang tiada duanya, Muanggau, bermunculan ke tepi pantai dan gampang sekali ditangkap. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai menggelar Festival Muanggau, tanggal 5-7 September 2017 mendatang di kawasan wisata pasir putih Pantai Mapadegat, Pulau Sipora, sekitar 5 Km dari Tuapeijat.

"Kita ingin masyarakat Sumatera Barat, masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia tahu bahwa Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki banyak keunikan dan keunggulan dalam bidang pariwisata di dunia, bahkan sejumlah flora dan faunanya tergolong endemik. Hanya ada di Kepulauan Mentawai," kata Bupati Kepulauan Mentawai, Judas Sabagalet, kepada wartawan Rabu (16/8) di Tuapeijat.

Bupati Kepulauan Mentawai, Judas Sabagalet. (Foto: Dok Ramayani Aziz Sababalat)
Bupati Kepulauan Mentawai, Judas Sabagalet. (Foto: Dok Ramayani Aziz Sababalat)
Mentawai adalah daerah otonom sejak 4 Oktober 1999 (UU RI Nomor 49 Tahun 1999) yang memiliki luas 6.746 Km persegi. Memiliki 323 pulau dan empat di antaranya pulau besar, yakni Pulau siberut (383.825 hektar), Pulau Sipora (65.155 hektar), Pulau Pagai Utara (71.391 hektar), dan Pulau Pagai Selatan (80.764 hektar), Mentawai adalah kawasan wisata surving terbaik dunia yang digemari para olahragawan dan artis dunia. Dua dari 10 titik berselancar terbaik di dunia terdapat di Kepulauan Mentawai. Sedikitnya terdapat 23 jenis gelombang berstandar internasional untuk surving di Mentawai.

Mentawai yang juga paru-paru dunia, cagar biosfer, ini memiliki sejumlah kera endemik, seperti joja, bokkoi, simakobu. Di Taman Nasional Siberut (190.500 hektar) juga ditemukan burung kakak tua dan burung hantu endemik. Untuk jenis kepiting, mentawai juga memiliki kekayaan yang tiada duanya, yaitu Muanggau. Mentawai memiliki flora dan fauna endemik paling langka di dunia karena terpisah dari daratan kawasan barat Indonesia sejak 500.000 tahun silam.

dinas pariwisata pemuda kabupaten kepulauan mentawai
dinas pariwisata pemuda kabupaten kepulauan mentawai
Didampingi Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kepulauan Mentawai, Desti Seminora, Bupati Judas Sabagalet menjelaskan, salah satu fauna endemik Mentawai itu adalah kepiting Mentawai atau sering disebut Muanggau. Ciri khas Muanggau adalah warna cangkang badan hitam dan kaki penjepit berwarna kemerahan. Saat musim Muanggau, bisa berton-ton sekali dipanen. "Wisatawan dan fotografer bisa memanfaatkan momen festival ini untuk menyaksikan dan terlibat langsung menangkap Muanggau," ujarnya.

Tidak hanya sebatas itu, pengunjung dan wisatawan juga bisa menikmati kuliner khas Mentawai, khususnya berbahan kepiting endemik, dan hamparan pasir putih yang terbentang luas dengan keindahan yang memesona. Dinas pariwisata pun sudah menyiapkan sejumlah agenda kegiatan, dalam Festival Munggau ini.

Desti Seminora menambahkan, agar populasi Muanggau tetap terjaga, masyarakat punya kebiasaaan untuk memanennya sekali dalam setahun. Karena menarik sebagai atraksi wisata, penangkapan Muanggau secara massal oleh masyarakat dilakukan saat Festival Muanggau Mentawai, yang dilaksanakan di Pantai Mapadegat, Sipora.

Desti Seminora (Foto: Yurnaldi)
Desti Seminora (Foto: Yurnaldi)
"Jika wisatawan sudah terbiasa menikmati kuliner kepiting di daerah-daerah luar Mentawai, maka sensasi kepiting Muanggau Mentawai, akan memberikan kenikmatan dan kelezatan tersendiri. Saat musim Muanggau, adalah surganya pada wisatawan, peneliti, fotografer, dan penyuka kuliner kepiting," jelas Desti.

Berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk menyaksikan Festival Muanggau, transportasi laut relatif lancar. Ada kapal cepat Padang-Tuapeijat PP, di Pelabuhan Muaro Padang, dengan waktu tempuh 3-4 jam, berangkat setiap hari pukul 07.00 WIB. Atau naik kapal motor penyeberangan (KMP) dari Pelabuhan Bungus, Padang, dengan lama perjalanan 11-13 jam, berangkat pukul 16.00 WIB dan biasanya sampai pukul 05.00 WIB esoknya.

Pantai Pasir Putih Mapadegat, Tuapeijat, Kepulauan Mentawai. (Foto Ramayani Aziz Sababalat)
Pantai Pasir Putih Mapadegat, Tuapeijat, Kepulauan Mentawai. (Foto Ramayani Aziz Sababalat)
"Penginaman atau homestay juga relatif banyak di daerah pusat Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Mentawai itu. Di luar agenda Festival Muanggau Mentawai, pengunjung atau wisatawan bisa menikmati obyek wisata pantai yang berpasir putih dan keindahan bawah laut di pulau-pulau terdekat dari lokasi festival."

"Dan ikan asin Mentawai merupakan salah satu buah tangan yang selalu diburu wisatawan jika berkunjung ke Tuapeijat. Cita rasa ikan asinnya jauh beda dan lebih enak dibanding ikan asin manapun," jelas Desti Seminora yang sebelumnya sukses menggelar Festival Panah Tradisional Mentawai di Muntei, Pulau Siberut, 26-28 Juli 2017 lalu. (YURNALDI)

Kuliner khas Mentawai, Sup Muanggau. (Foto Yurnaldi)
Kuliner khas Mentawai, Sup Muanggau. (Foto Yurnaldi)
Gulai Muanggau. (Foto Yurnaldi)
Gulai Muanggau. (Foto Yurnaldi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun