Isu utama lingkungan perkotaan di Lamongan saat ini adalah kepadatan penduduk dan bangunan kota (density) yang semakin meningkat, permasalahan persampahan, permasalahan limbah perkotaan, dan kualitas air (water quality). Masalah kepadatan di Lamongan menjadi semakin rumit dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama penduduk  tidak tetap. Penduduk merupakan ancaman dan tekanan terbesar terhadap masalah lingkungan. Semua warga negara membutuhkan energi, tanah, dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup, sementara semua manusia menghasilkan sampah dengan berbagai cara. Pertumbuhan penduduk Lamongan yang sangat tinggi diketahui melebihi kapasitas regenerasi lingkungan, dan dampaknya terhadap kualitas hidup masyarakat semakin berkurang. Permasalahan sampah di  Lamongan  masih banyak sampah yang dibuang ke  sungai dan berserakan di luar ruangan. Jika sampah banyak, air tidak akan lancar dan polutan yang terkandung dalam sampah akan merusak ekosistem sungai dan sungai tidak  berfungsi dengan baik (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dll). Selain masalah sampah  sungai, tumpukan sampah di berbagai penjuru kota dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama  yang disebabkan oleh nyamuk, lalat, kecoa dan tikus. Kehadiran lalat, nyamuk dan tikus yang menjadi pembawa berbagai  penyakit menunjukkan betapa bagusnya kualitas lingkungan  kota. Bahkan telah dikemukakan bahwa penyebab pemanasan global tidak hanya  produksi CO2 yang berlebihan, tetapi juga  zat CH4 yang dihasilkan selama pembakaran sampah, yang  terbawa ke atmosfer dan merusak lapisan ozon.
    Pengelolaan sampah  masih perlu diubah dengan paradigma lama (pengumpulan, pengangkutan, pembuangan). Hal ini disebabkan semakin kompleksnya permasalahan persampahan, terutama sulitnya mencari tempat pembuangan sampah dan semakin banyak dan beragamnya sampah perkotaan. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru harus mengutamakan proses pengurangan dan daur ulang sampah (waste minimization). Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi jumlah, konsentrasi, toksisitas, dan kadar berbahaya limbah  dari proses produksi dengan mengurangi sumber dan/atau penggunaan limbah. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi ketergantungan pada TPA (repositori), meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah perkotaan dan menciptakan peluang bisnis bagi masyarakat. Metode minimisasi sampah mencakup tiga upaya dasar yang disebut 3R: reduksi, penggunaan kembali, dan daur ulang.
    Permasalahan lainnya adalah sanitasi perkotaan. Masalah sanitasi di Kota Lamongan terutama disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang sulit dirubah, terutama masyarakat yang tinggal di pinggir sungai yang masih menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan. Buruknya sanitasi perkotaan akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat, terutama munculnya berbagai penyakit diare, muntaber dan penyakit kulit. Oleh karena itu, perlu pembinaan intensif warga tentang masalah kebiasaan bersanitasi. Kedepannya perlu perencanaan jaringan perpipaan air limbah (Sewerage System) kota yang diselenggarakan per distrik agar biaya investasi dapat ditekan serta pengelolaan tidak mahal. Masalah kebersihan kota selalu dikaitkan dengan masalah kualitas air dan aspek penyebaran bakteri di daerah perkotaan.
 Penurunan kualitas air  (baik air tanah maupun air permukaan) di Lamongan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain erosi tanah pada saat konstruksi, limbah industri, luapan air limbah dan septic tank, banjir dan pencemaran tanah dan  air jalan raya. Jaringan air dan saluran pembuangan saling terkait, sehingga perencanaan dan pengembangan jaringan perlu mengintegrasikan keduanya dengan jaringan jalan dan perencanaan hijau kota.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI