Sejarah islam di indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami polemik yang seakan tak pernah berhenti. Sebagai agama mayoritas , seakan -- akan indonesia tidak lagi sebagai negara pancasila melainkan negara bernafaskan islam. Setiap kebijakan dan tindakan seolah -- olah negara ini adalah negara islam.Â
Meskipun islam sebagai agama mayoritas, bukanlah menjadi alasan bahwa setiap tindakan di indonesia berlandaskan islam, maka tindakan dan kebijakan apapun itu haruslah berdasarkan kepentingan nasional, bukan atas kepentingan golongan tertentu.
Di tambahlagi dengan terbelahnya umat islam menjadi golongan kanan dan kiri semakin menambah polemik di negeri ini. Sebagian menganggap Indonesia tidak bertentangan dengan islam sehingga perlu mempertahankan dan menjaga keutuhan, sebagian pula ada yang mengaku bahwa Indonesia tidak sesuai dengan ajaran islam sehingga menjadikan alasan untuk mendirikan negara islam atau Khilafah.
Gerakan -- gerakan Radikalism dalam hal ini yaitu gerakan -- gerakan yang membahayakan persatuan dan kesatuan NKRI semakin hari justru kian menyebar dan mengakar hingga puncaknya pada 19 Juli 2017 Organisasi Hisbut Tahrir Indonesia sebagai gerakan yang di indikasi sebagai gerakan yang membahayakan kesatuan dan persatuan di bubarkan oleh pemerintah. Tetapi gerakan -- gerakan serupa di masyarakat terus mengakar dengan membawa nama organisasi yang berbeda -- beda.
Setelah pembubarkan organisasi yang di indikasi sebagai gerakan Radikalism ini nyatanya belum bisa menjadi solusi untuk memutus mata rantai gerakan yang membahayakan kesatuan dan persatuan.Â
Di dunia kampus nyatanya tidak sedikit Mahasiswa yang terpapar oleh paham -- paham Radikalism  bahkan di Perguruan Tinggi yang berlabel islam di bawah naungan Kementerian Agama tak luput dari paham -- paham Radikalism ini.
Paham Radikalism  saat ini telah menyusup dalam kegiatan -- kegiatan kemahasiswaan dan di bungkus sedemikian rupa dan di hias semenarik mungkin dengan tujuan untuk mencari masa sebanyak -- banyaknya di kalangan generasi muda.Â
Di tambah lagi perkembangan teknologi  yang semakin pesat di satu sisi menguntungkan tetapi juga merugikan, baik media sosial yang juga di gunakan oleh oknum tertentu guna melancarkan aksinya untuk menyebarkan paham Radikalism di kalangan milenial.
Gerakan yang di Framing  seolah -- olah baik dan benar sengaja di buat guna mencari simpati dari para milenial. Penggunaan Cafe sebagai tempat kajian, nama -- nama kelompok pemuda dan gerakan pemuda serta slogan -- slogan yang menarik perhatian para milenial sengaja di bangun guna memancing para generasi muda.
Hisbut Tahrir Indonesia barulah satu dari beberapa gerakan Radikalism di Indonesia. Organisasi ini memang sudah tidak ada secara terbuka. Tetapi jangan menutup sebelah mata bahwa secara terttutup gerakan ini masih terus hidup dan menyusup serta membaur dalam kehidupan bermasyarakat sembari menyebarkan paham -- paham Radikalism di setiap kalangan masyarakat tidak terkecuali para milenial.
Waktulah yang akan menjawab kapan Bom Waktu akan meledak, sampai kapan gerakan yang tidak di sadari di bawah terus mengakar hingga pada waktunya tidak di sadari akan menjadi besar dengan pengikut yang tidak dapat di bayangkan sebelumnya.