Mohon tunggu...
Yuris Hamdani
Yuris Hamdani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembelajar Sepanjang Hayat | HSE worker | Safety Engineer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Setengah Hari Perjalanan: dari Waduk Sermo Hingga Laut Kidul

11 Juli 2012   01:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:05 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Touring memang sudah menjadi semacam hobi. Apalagi jika sedang mengalami kronik hati. Menggalau dengan berdiam diri di kost bukanlah pilihan yang sehat, sehingga seringkali aku harus memaksa tubuh ini untuk beranjak ke suatu tempat. Seperti Senin kemarin. Aku kedatangan tamu; sahabat lama waktu di pesantren, dulu. Ia mengajak ke suatu tempat, namun tiba-tiba ia membatalkan dengan dalih ditunggu istrinya. apa boleh buat. Rencana bepergian pun batal bersamanya, padahal dari sejak mandi aku sudah bersiap diri hendak pergi. Tapi karena ada teman lain yang juga datang, yang memang biasa menjadi partnerku bepergian akhirnya kami berdua bersepakat untuk melanjutkan rencana -walau tanpa teman yang dari Jakarta itu. Awalnya memang bingung menentukan objek yang akan di kunjungi. Sebab waktu itu sudah lepas dari dzuhur. Jadi waktu yang tersedia sangat terbatas apabila pergi di tempat yang jauh. Akan banyak waktu yang terbuang di perjalanan. Akhirnya keputusan jatuh di kompleks waduk Sermo, kemudian dilanjutkan ke pantai Congot. Dua-duanya masih masuk wilayah Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta. Selain relatif dekat, dua-duanya memiliki akses jalan yang baik. Perjalanan pun dimulai. Kami menuju waduk Sermo melalui jalan Godean. Sempat mampir sejenak di warung makan di depan Pasar Pon Godean untuk sekedar mengisi perut. Jam 2siang kaki kami menjejak di bibir waduk. Terasa udara berayun lembut membelai kami. Setelah puas hanya memandangi genangan itu, akhirnya kami pergi ke dermaga kecil yang ada rumah speedboatnya. Rumah berkarat yang diapungkan oleh rongga ponton. Ada rakit tua disampingnya, yang tanpa ba-bi-bu aku langsung berinisiatif untuk memainkannya. Sebenarnya agak gemes untuk mencemplungkan diri ke dalam air, sekaligus menguji kemampuanku untuk berenang gaya katak hingga ke seberang. Jaraknya kira-kira 200 meteran. Namun sayang di dekat tempatku berdiri ada papan putih bertuliskan larangan untuk mandi maupun berenang. Aku pun urung dan hanya bisa menikmati keadaan seadanya. Setelah merasa puas mengesplorasi sekeliling waduk, kami beranjak menuju lokasi berikutnya. Foto diatas prasasti bendungan

Foto diatas rakit Jalan yang kami pilih bukan memutar kembali melalui kota Wates, meainkan mencoba mblusuk melalui kecamatan Kokap. Alhamdulillah, walaupun baru pertama kali, kami bisa sampai dengan selamat sampai tujuan. Kami bersepakat untuk shalat Ashar di pantai. Berwudhu dengan air laut. Menggelar sarung sebagai sajadah dan tas punggung kami sebagai sutrah. Angin pantai yang kencang dan ributnya ombak seakan menenggelamkan kami dalam kekerdilan. Tidak ada kekuatan apa-apa bagi kami sebagai manusia, dibandingkan dahsyat kekuatanNya. Shalat di tepi pantai adalah pengalaman yang begitu mistis, religis, dan syahdu, semua bercampur jadi satu. what an unforgetable moment! Menyambut senja, kami bermain-main dengan ombak. memotretnya. Saat matahari merendah di cakrawala barat, kami terpesona oleh pendar warnanya. Bergegas mengedipkan lensa kamera untuk memotretnya.
Foto berlari berlatar belakang matahari senja Kami pun sempat berjalan begitu jauhnya, berharap bisa menemukan muara sungai Bogowonto yang membelah Purworejo. Namun upaya itu sia-sia, lelah sudah meyergap stamina yang masih tersisa dan senja segera berganti warna: gelap. Ombak masih menderu, sementara air laut semakin pasang. Lembayung langit semakin tersuruk oleh gelap yang datang. Barangkali adzan maghrib sudah dikumandangkan, namun kami masih harus berjalan menyusur pantai untuk kembali di tempat pertama kali datang tadi. Sepeda motor kami di tinggalkan sendiri. Dari kejauhan, pucat pasi rembulan pelan-pelan berganti benderang. Purnama 12 Sya'ban. Kami pun pulang dalam kelelahan, namun begitu senang. Seakan segala beban yang menindih baru saja kami buang. Jogja-4 juli 2012 kenangan dg Kurniawan dinihari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun