Dari sebuah keinginan saya untuk membantu Dr. George H. Hundeshagen, Ph.D., D.B.A salah satu keturunan Raden Saleh yang bermukim di New York, untuk menghubungi salah satu keluarga Raden Saleh yang tinggal di Semarang yaitu Rr Hartati.
Sebelumnya George sudah menghubungi Rr Hartati pada tahun 2005 tetapi sempat terputus, saya memutuskan untuk membantu menyambung  hubungan mereka dan memediasi George dengan Rr Hartati agar mereka dapat berkomunikasi kembali. Dengan  mendatangi Rr Hartati di Semarang,  sambutan yang hangat dari Rr Hartati terpancar raut kebahagiaan ketika saya menyebut nama George Hundeshagen, yang dia kenal beberapa tahun yang lalu melalui surat yang di kirim George untuk Rr Hartati, dalam surat George memberitahu silsilah keluarga besar Raden Saleh, yang sebelumnya tidak diketahui Rr Hartati.
Pada saat kedatangan saya Rr Hartati memperkenalkan saya dengan sejarawan kota Semarang Djawahir Muhammad selaku wartawan dan budayawan, yang banyak membantu Rr. Hartati, sehingga dapat  menerima penghargaan President RI yang diberikan melalui Walikota Semarang.
Pertemuan pertama yang menghasilkan suatu ide dan gagasan sebagai berikut Rr. Hartati dengan ikhlas menyerahkan rumah milik pribadi  yang nantinya akan dijadikan cagar budaya,  rumah ini akan dijadikan wadah para seniman untuk menyimpan lukisan dan kursus melukis, selain itu akan diberikan pendidikan kewirausahaan kepada penduduk kampung Bustaman, mereka akan dilatih untuk menjadi wirausaha. Saya dan Djawahir berjanji kepada Rr Hartati untuk turut membangun Kampung Bustaman seperti keinginan beliau.
Bustaman seorang tokoh seni lukis modern, Raden Saleh Syarif Bustam yang memiliki kaitan dengan kampung ini secara tidak langsung. Kakek buyut dari Raden Saleh, yaitu Kyai Kertoboso Bustam, adalah orang yang mendirikan kampung ini. Kyai Bustam memulai kampung ini dengan membangun sebuah sumur, tanah kampung ini beliau dapatkan dari pemerintah Belanda atas jasanya menghentikan pemberontakan orang Jawa dan Cina. Sebuah kampung yang dimiliki oleh 2 Rukun Tetangga  (RT)di huni oleh kurang lebih 90 keluarga.  Kampung Bustaman semula tinggal keluarga besar Bustaman disana, perlahan rumah tersebut dijual kepada pihak lain yang bukan keturunan Bustaman, yang akhirnya meninggalkan satu ahli waris yang masih tersisa di Kampung Bustaman yaitu Ibu Hartati.
Keprihatinan Rr Hartati karena perginya satu persatu keluarga Bustaman meninggalkan kampung Bustaman, sehingga hanya meninggalkan Rr. Hartati seorang diri, rumah itupun tidak ditinggalkan oleh Rr. Hartati, rumah yang terletak di Kampung Kepatihan di ujung kampung inilah yang dipilih Rr. Hartati tinggal menghabiskan waktunya setiap hari.
Tindak lanjut  pertemuan kedua Rr Hartati,  didampingi oleh Djawahir bertemu dengan Walikota Semarang, pada tanggal 06 Januari 2014. Rr Hartati menyampaikan keinginannya kepada Walikota Semarang dan berharap mendapat dukungan dari Pemerintah.
Seorang wanita lembut terpanggil untuk melestarikan Kampung Bustaman, Â yang boleh dikatakan kehidupannya bukan sebagai orang yang berkucupan, Â menghidupi dirinya menjahit dan permak baju bermodalkan mesin jahit satu yang tampak terlihat mesin tua, Rr Hartati terpanggil untuk menjaga dan meletarikan sejarah dan budaya Kampung Bustaman.
Agenda selanjutnya Saya selaku Wakil Bendahara Kaukus Perempuan Politik Indonesia, Ketua Kewirausahaan Perempuan Mandiri Indonesia, Wakil SekJend Himpungan Pengusaha Mikro Indonesia dan Sekretaris Umum Ikatan Alumni Pusat Pelatihan Export Indonesia dibawah DitJend PEN, bersama Djawahir akan mengajukan surat kepada Bapak Presiden RI agar memberikan dan menyerahkan langsung  Piagam Raden Saleh  untuk Ibu Hartati dan keturunan Raden Saleh lainnya di bulan April bersamaan di hari Kartini. Dalam agenda tersebut juga akan membacakan Puisi dari Ikatan Seniman untuk Bapak SBY dan peresmian Koperasi Raden Saleh, yang beranggotakan penduduk kampung Bustaman.
Saat ini perhatian Pemerintah kepada peninggalan Raden Saleh juga akan dilakukan di Jakarta yaitu Pembangunan Rumah Raden Saleh (1811-1880), yang kini terletak di kompleks Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta, akan direnovasi pada 2014. Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang menyusun perencanaan terkait konservasi, konservasi melibatkan para pakar, termasuk para ahli sejarah dan arsitektur. Rumah Raden Saleh terlihat unik karena merupakan tiruan dari Istana Callenburg di Jerman yang sering dikunjungi Raden Saleh saat ia berada di Eropa. Namun bangunan berusia ratusan tahun itu, kini kondisinya rusak di banyak bagian. Atap banyak yang bocor, dinding ditumbuhi lumut, dan cat bangunan terkelupas. Dari sisi arsitektur, jika membandingkan foto rumah Raden Saleh tempo dulu dengan sekarang, diperkirakan telah dilakukan penambahan bangunan di bagian belakang rumah. Proses inventarisasi renovasi diharapkan selesai akhir tahun 2013. Dengan demikian, diharapkan konservasi dapat dilakukan di tahun 2014. Setelah selesai direnovasi nantinya, bangunan cagar budaya itu akan dijadikan Museum Raden Saleh yang terbuka untuk umum.
Rencana konservasi rumah Raden Saleh dan Kampung Bustaman merupakan langkah positif, langkah ini patut diapresiasi, karena inisiatif konservasi bangunan bersejarah guna menjaga cagar budaya Indonesia. YF