Mohon tunggu...
Dea Yurida
Dea Yurida Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat hidup

Kulineran, vacation, jalan2, seni, puisi, nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mbak Rum

16 Juli 2024   11:03 Diperbarui: 16 Juli 2024   11:12 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bergegas ku buka pintu.
Ting tong... ting tong...ting tong... Bel berdentang lagi untuk ketiga kali.
"Sebentar..." ku keraskan suara agar terdengar dari luar.
Cekrek...! Kunci terbuka dan pitu ku dorong ke depan.
"Pagi non....." sapa mbak Rum tetangga belakang rumah.
"Pagi jugaa..." sahutku.
Beberapa hari ini ku minta tolong mb Rum untuk bantu bersihin rumah dan cuci setrika baju. Setiap jam 6 pagi dia datang lalu setelah selesai dia akan pulang, antara jam 10 atau 11 siang.
Banyak sih laundry kiloan yang cukup murah di sekitaran rumah atau self laundry yang sekarang sudah mulai menjamur. Tapi aku lebih suka pakai jasa tetangga, setidaknya dapat sedikit  meringankan beban biaya sekolah atau sekedar untuk tambahan uang jajan anaknya.
Kutinggalkan mbak Rum dengan segala aktifitas pagi nya. Aku percaya padanya. Hasil cuciannya bersih dan setrikaannya halus rapi. Tak pernah sekalipun ku temukan celah kesalahannya. Saat senggang, sesekali kuajak dia ngobrol di samping rumah. Ada pohon mangga yang sudah tumbuh besar di situ. Sengaja ku taruh dua kursi dan satu meja di bawah pohonnya. Tempat favorit untuk habiskan waktu senggang.
"Sini mbak Rum...." ku lambaikan tangan, mengajaknya istirahat sejenak sambil menikmati semilir angin di bawah pohon.
"Bentar non...." jawab mb Rum. Kadang aku geli mendengar panggilan 'non' untukku. Sepeti jaman dulu saja. Tapi mbak Rum bersikeras untuk tetap memanggil dengan sebutan itu. Akhirnya aku yang mengalah. Pikirku ya sudahlah apalah arti sebuah nama panggilan.
"Ini minumnya non... Es teh manis di tambah air jeruk nipis..." kata mb Rum. "Ini juga tadi saya bawa cemilan dari rumah..." mbak Rum menyodorkan beberapa kue di piring. Ada lemper, tahu bakso dan kue lapis legit.
"Wah.... banyak macam cemilannya mbak. Ada acara apa di rumah..." tanyaku sambil mengambil lapis legit buatan mbak Rum. Rasanya enak sekali manisnya pas tak kalah dari yang di pajang di toko kue.
"Acara arisan non. Kemarin di rumah saya. Maaf baru saya bawakan sekarang, mau di antar kemarin saya tekan bel berulang kali tapi ga di bukain pintu..." mbak Rum berkata sambil menunduk. Mungkin dia tidak enak hati karena memberi ber selang hari.
"Iya mbak. Kemarin saya pulang jam 9 malam. Kerjaan lagi banyak di kantor. Mungkin beberapa hari ini akan lembur. " sahut ku sambil meneguk minuman buatan mbak Rum.
"Kalau besok saya ijin tidak berangkat boleh non..." mbak Rum berkata sambil menundukkan kepalanya. Tak dapat kulihat wajahnya tapi bisa ku dengar suaranya bergetar. Ada rasa sesak disana.
"Kenapa mbak...?" tanyaku penasaran. Bukan ijinnya tapi alasannya yang aku khawatirkan.
"Besok suami saya pulang dari luar kota non...." sahut mbak Rum pelan.
"Ohya.... gak papa mbak kalo mau libur. Suaminya kan jarang pulang ya..." sedikit lega, karena ijin nya bukan di sebabkan hal yang kurang baik. Tapi kenapa aku merasa aneh ya. Bukankah harusnya senang jika suami pulang setelah lama bekerja di luar kota?
"Iya non... mungkin ijin 1 atau 2 hari jika di bolehin." Sambung mbak Rum.
"Boleh mbak... mbak Rum juga kan jarang libur. Gapapa kalo mau libur 2 hari sekalian..." jawab ku sambil tersenyum. Aku tidak mau membuat mbak Rum ga enak hati.
"Ayo mbak Rum temenin makan juga donk... masa saya makan sendirian. Bikinlah minum mbak bikin es atau teh panas. Bawa sini kita lanjut ngobrolnya ya. Pengen denger cerita anak sulung mu ya pinter itu mbak..." kata ku sambil menyuruhnya ke dapur untuk membuat minumnya sendiri. Kalau tidak di suruh mb Rum tidak mau meminum atau memakan apapun di sini. Walau sudah sering kali ku bilang kalau haus atau lapar ya minum atau makan apa saja yang ada di meja. Tapi selalu harus di suruh dulu baru dia mau makan atau minum. Itupun tidak setiap kali dia mau. Terkadang dia harus buru-buru pulang karena ada pesanan snack dari teman atau tetangga.
"Karena besok libur, saya ingin nemenin non lebih lama di sini.... boleh kan...? " tanya mbak Rum. Tangannya sudah memegang segelas teh panas. Dia memang tidak suka dingin, walau pernah sesekali kulihat dia beli es dawet yang lewat depan rumah.
"Ya mbak... aku juga senang di temenin mbak Rum. Lagian sekarang kan hari Sabtu, aku ga kerja jadi ga harus buru-buru pergi. Gimana kabar putranya. Aku pernah ketemu Bu Lanjar, katanya Rio juara kelas lagi ya mbak...?" tanya ku. Senang rasanya tiap dengar cerita anak-anak pintar. Walau aku sendiri belum ber putra.
"Iya non.... juara 1. Anak itu emang pinter. Dari SD sampai sekarang selalu juara 1 non..." ku lihat binar di mata mbak Rum. Ada kebahagiaan dan kebanggaan terpancar disana. Tentu saja, jika itu putra ku, aku juga pasti akan sangat bahagia dan bangga.
"Mbak Rum ga pulang....?" Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.
"Iya.... saya pamit pulang ya non..."
"Ya mbak Rum... ati2 di jalan ya..." ku ulurkan goodie bag berisi lauk dan jajanan yang sudah ku siapkan dari tadi, "Ini di bawa ya mbak...."
"Makasih non..." mb Rum tersenyum lalu melangkah pergi.

Entah mengapa malam ini susah sekali untuk memejamkan mata. Tertidur sebentar lalu terbangun tiba-tiba. Begitu berulang hingga jam dinding di kamar menunjukkan pukul tiga dini hari. Berjalan ke dapur sambil menoleh ke kanan kiri. Berasa beda suasana saat ini. Susu coklat sudah di tangan, berjalan balik ke kamar ku rasakan hawa dingin berhembus masuk. Ku percepat langkah ku takut mengganggu ibu yang pasti sedang terlelap di kamar nya. Secangkir susu hangat sudah ku habiskan, kantuk pun mulai datang menyerang. Selanjutnya aku tertidur dengan pulasnya.

Pagi buta ku dengar teriakan dari belakang rumah. Rumah mbak Rum lebih tepat nya.
Lompat dari ranjang ku lari ke kamar mandi. Cuci muka, sikat gigi tapi aku tidak sempat mandi. Ku dengar suara di belakang rumah kian ramai. Ada apakah yang sebenarnya terjadi? Panik ku siap berlari menuju rumah mbak Rum, tapi panggilan ibu mengurungkan niat ku, " Mau kemana Nadya.....?"
"Ke rumah mbak Rum bun...." ku hampiri ibu yang sudah duduk di ruang tamu.
"Bunda dengar suara ramai di belakang rumah. Ada apa ya Nad... Apakah suara ramai itu berasal dari rumah mbak Rum...?" tanya ibu ku. Yang ku jawab dengan anggukan kepala.
"Ini Nadya juga mau kesana bun. Semoga ga terjadi apa-apa sama mbak Rum..." lanjut ku. Ku pakai sendal dengan cepat lalu sedikit berlari aku menuju rumah mbak Rum.

Banyak orang sudah berkerumun di rumah mbak Rum. Beberapa orang petugas keamanan juga sudah berada disana. Sempat ku lirik ada mobil bertuliskan 'POLISI' juga sudah terparkir di depan rumah. Hatiku berdegup kencang. Sebenarnya apa yang terjadi. Ku lihat darah berceceran di halaman dan pintu rumah mbak Rum. Makin kacau fikiranku. Darah siapa itu. Ku lihat di sudut ruang tamu tergeletak seseorang. Sebagian badannya di tutup selimut tapi ujung kain daster yang di pakainya tersingkap. Seketika sakit kepalaku. Mataku berkunang-kunang dan perut ku terasa mual. Bersandar pada tembok pagar rumah aku mulai limbung ketika terdengar suara, "Mbak Ruminah di bunuh suami nya...."
"Mas Karjo suami mbak Rum adalah narapidana yang kabur dari penjara...." sahut suara lain.
"Sudah seminggu ini di cari pak Polisi ternyata pulang kerumah, malah membunuh istrinya..." sambung yang lain.
Brukkk... aku terjatuh tak sadarkan diri. Masih sempat kurasakan ada tangan menopang badanku sehingga tak sempat jatuh menimpa batu atau benda keras lain. Sempat ku dengar ada suara pelan berbisik, "Maafkan saya non......"
Setetes airmata ku jatuh, "Mbak Rum...." aku  masih sempat bergumam sebelum akhirnya aku benar-benar tumbang tak sadarkan diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun