Mohon tunggu...
Dea Yurida
Dea Yurida Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat hidup

Kulineran, vacation, jalan2, seni, puisi, nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Misterius

12 Juli 2024   22:12 Diperbarui: 12 Juli 2024   22:39 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Semua koran ini juga ga sebanyak itu uangnya kak." sahutnya di sambung gelengan kecil di kepalanya. Rambutnya berkibar tertiup angin dan itu sungguh membuat ku teringat akan sesuatu.


"Ya sudah kuambil semua korannya, lalu tolong bagikan ke orang-orang yang ada di jalanan ya dik. Sisa uang nya anggap sebagai upah buatmu juga tanda terima kasih karena sudah membantu kakak. Bagaimana, boleh...?"


Terdiam sejenak gadis itu mulai mengangguk perlahan. Senyuman muncul di sudut bibir nya yang mungil. Dengan ceria dia berlari sambil teriak "koran...koraannn... gratis hari ini...."


Alhamdulillah akhirnya dia mau menerima pemberian ku yang tak seberapa itu. Fikiran ku melayang sejenak ke masa lalu. Teringat akan seorang gadis cilik yang selalu ceria. Sampai suatu ketika seseorang merenggutnya.


Braakkk.... hampir terjatuh aku menabrak sesuatu, atau... seseorang. Limbung badan ku hampir menyentuh trotoar ketika sebuah tangan kekar menggapai lengan ku lalu menariknya.


Tanpa sadar badan ku yang semula akan menyentuh keras dan panasnya trotoar depan kampus, malah berbalik masuk ke pelukan orang tak di kenal itu.


"Maaf...." katanya sambil mundur selangkah dan melepaskan tangan yang tadi memeluk ku. "Maaf, saya hanya berusaha membantu tadi...." sambung nya merasa tidak enak dengan keadaan saat itu.


"Tidak apa-apa...." jawab ku "Saya yang harusnya meminta maaf karena sudah merepotkan. Terima kasih juga karena sudah menolong..." senyum ku sambil mengulurkan tangan sebagai ucapan terima kasih.
"Danu....." katanya sambil menjabat erat jemari ku.


"Dina...." jawab ku dan ku lepas genggaman tangannya.


Detik berikut nya kami sudah tenggelam dalam obrolan panjang yang menyenangkan. Tak di sangka ternyata dia se ramah itu. Cerita demi cerita mengalir tanpa rencana. Makin banyak ku tahu tentang aktifitas nya makin ingin lebih lama ku di samping nya. Tapi.... tentu tak.bisa selama itu. Perjalanan kami terpisah ketika sudah tiba di pintu kelas ku.


Sambil tersenyum aku mengingat kembali semua ceritanya. Tiba-tiba aku tersadar, kenapa dia juga berjalan masuk.ke kampus ya? Apa dia kuliah di sini juga. Kenapa aku belum pernah melihat dia sebelumnya ya...? Ambil fakultas apa ya. Apakah dia senior ku di kampus....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun