Mohon tunggu...
Yupiter Sulifan
Yupiter Sulifan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik di sekolah lanjutan atas negeri di Sidoarjo

Seorang pendidik yang minat di dunia pendidikan, fotografi, lingkungan, kesehatan, sejarah, agrobis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rihlah Diawal Dzulhijjah (3): Makam Sunan Giri, antara Ziarah, Buah Mengkudu dan Kupat Ketheg

14 Juni 2024   08:52 Diperbarui: 14 Juni 2024   08:58 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesaat sebelum naik ke makam Sunan Giri setidaknya ada 104 buah tangga yang dinaiki. (foto-foto pribadi dan dokumentasi rombongan)

Kompleks makam Sunan Giri berlokasi di Dusun Giri Gajah, Desa Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Letaknya cukup strategis karena bisa dengan mudah dijangkau dari pusat Kota Gresik dengan jarak 4 km.

Situs sejarah yang berada di ketinggian 120 m dpl ini pun memiliki gaya arsitektur yang menarik untuk diamati. Pada zaman dahulu, kompleks makam ini merupakan sebuah padepokan tempat Sunan Giri mengajar Kitab Kuning. Guna mencapai tempat ini, peziarah harus mendaki anak tangga yang jumlahnya mencapai 104 buah.

Tak hanya itu, di sini juga biasa dilangsungkan berbagai acara keagamaan. Jadi, tak ada salahnya untuk berkunjung dan turut mempelajari sejarah dan agama.

Raden Paku atau yang sering dikenal sebagai Sunan Giri lahir pada tahun 1442 M dari pasangan Syekh Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu. Sejak kecil beliau diasuh oleh Nyai Ageng Pinatih yang memberinya panggilan Joko Samudro.

Berada di lingkungan religius membuat Sunan Giri mulai tekun mempelajari Islam, terutama pada pamannya yakni Sunan Ampel. Hingga waktu mempertemukan Sunan Giri dengan Dewi Murtasiah, anak Sunan Ampel dan menikahinya.

Selama bermukim di Giri, Sunan Giri menyebarkan agama Islam dengan cara yang arif sehingga dapat diterima oleh penduduk sekitar. Beliau tidak menghilangkan budaya penduduk setempat melainkan membungkus nilai agama dengan budaya yang ada.

Baru melangkah 50 anak tangga, para peziarah sudah istirahat.
Baru melangkah 50 anak tangga, para peziarah sudah istirahat.

Mulai dari seni wayang, tembang Jawa, hingga aneka permainan anak seperti jamuran, jelungan, dan cublak-cublak suweng. Masing-masing budaya tersebut sarat dengan arti keagamaan dan nilai-nilai dakwah yang pelan-pelan diterima oleh masyarakat.

Sunan Giri juga mendirikan padepokan atau pesantren tempat beliau membagikan ilmu secara lebih formal dengan mengajar Kitab Kuning. Selain diisi oleh santri-santri Jawa, ada pula yang datang dari Lombok, Sulawesi, bahkan Kalimantan.

Perjuangan Sunan Giri dalam berdakwah begitu berpengaruh pada penyebaran Islam abad ke-15. Hingga pada tahun 1506 M, Sunan Giri wafat dan dimakamkan di atas bukit berarsitektur khas Jawa di Dusun Giri Gajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun