Mohon tunggu...
Yupiter Sulifan
Yupiter Sulifan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik di sekolah lanjutan atas negeri di Sidoarjo

Seorang pendidik yang minat di dunia pendidikan, fotografi, lingkungan, kesehatan, sejarah, agrobis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Napak Tilas Dakwah Mbah Sayyid Sulaiman Mojoagung

23 Maret 2022   08:00 Diperbarui: 23 Maret 2022   08:06 2054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam mbah Sayyid Sulaiman (foto dari https://m.clicks.id/read/EpknJ6)

Bagi santri pondok pensantren Sidogiri, Pasuruan, nama mbah Sayyid Sulaiman Betek sudah tidak asing lagi. Mbah Sayyid Sulaiman adalah pendiri pondok pesantren yang ada di Pasuruan. Beberapa waktu yang lalu, penulis sowan ke makam beliau di Dusun Rejoslamet, Desa Mancilan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Untuk Kompasianer, penulis mencoba merangkum dari berbagai sumber tentang sosok alim ini.

Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Ba Syaiban adalah salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Jawa Timur. Sayyid Sulaiman sendiri mewarisi keturunan nenek moyangnya dalam berdakwah.

Ayahnya adalah seorang ulama dari Yaman dan ibunya adalah putri Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah. Sayyid Sulaiman lahir dan besar di Cirebon, Jawa Barat.

Mbah Sayyid Sulaiman adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Adik Mbah Sayyid Sulaiman adalah Sayyid Abdurrahim dan Sayyid Abdul Karim.

Saat itu, ketekunan dan pengaruhnya dalam berdakwah membuat Belanda resah. Oleh karena itu, ketika dewasa diasingkan oleh Belanda ke timur. Beliau juga tinggal di Krapyak Pekalongan, Jawa Tengah. Dari Pekalongan, beliau melanjutkan dakwahnya ke kota Solo.

Di kota ini, beliau dikenal sebagai orang yang berpengaruh. Sehingga mengundang kecemburuan Sultan Mataram saat itu. Sultan pun ingin membuktikan kesaktian Sayyid Sulaiman.

Konon, Mbah Sayyid Sulaiman diminta untuk menampilkan pertunjukan yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun. Mbah Sayyid Sulaiman meminta Sultan untuk meletakkan bambu di atas meja. Sedangkan Sayyid Sulaiman, pergi ke timur.

Orang-orang di sekitar keraton dan Sultan Mataram sudah lama menunggu Sayyid Sulaiman. Kehilangan kesabaran, Sultan membanting bambu di atas meja hingga hancur berkeping-keping.

Masih menurut cerita, potongan-potongan itu kemudian berubah menjadi berbagai jenis binatang. Sultan kaget dan akhirnya mengakui kekuatan Sayyid Sulaiman. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk mencari Mbah Sayyid Sulaiman.

Sedangkan hewan-hewan tersebut ditampung di sebuah kebun binatang bernama Sriwedari. Sampai tahun 1978, Sriwedari masih berupa kebun binatang. Namun kemudian hewan-hewan tersebut akhirnya dipindahkan ke Kebun Binatang Satwataru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun