Mohon tunggu...
Yupiter Sulifan
Yupiter Sulifan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik di sekolah lanjutan atas negeri di Sidoarjo

Seorang pendidik yang minat di dunia pendidikan, fotografi, lingkungan, kesehatan, sejarah, agrobis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bila Guru BK Mengulik Manusia Indonesia-nya Mochtar Lubis

4 Maret 2022   21:34 Diperbarui: 4 Maret 2022   21:40 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragama dengan baik, niscaya akan membentuk sifat positif pada diri peserta didik (dokumentasi pribadi)

Tadi siang, di sebuah grup whatsap guru BK yang saya ikuti, ada seorang teman yang memosting sebuah tulisan yang berkaitan dengan materi pidato kebudayaan Mochtar Lubis di Taman Ismail Marzuki, 6 April 1977. Isi pidato ini pada tahun 1990 dibukukan dengan judul buku Manusia Indonesia sama persis judul pidatonya.

Gaya dan sikap Mochtar Lubis yang lugas dalam mengupas sifat-sifat negatif orang Indonesia dalam pidato tersebut menimbulkan banyak pendapat pro dan kontra di masyarakat, tapi di sisi lain juga membangkitkan pemikiran kritis tentang manusia Indonesia.

Dalam buku ini, Mochtar Lubis mengungkapkan sifat manusia Indonesia dengan menggambarkan enam sifat. Saya tidak akan menggugat atau memprotes isi buku ataupun pemikiran dasar Mochtar Lubis mengenai enam sifat manusia Indonesia. Apalagi isi buku ini sebenarnya isi pidato kebudayaan. Sedangkan saya guru BK, tentu ini beda haluan. Sebagian orang menyebut enam sifat ini memang nyata bahkan hingga saat ini masih ada. Okey, kalau banyak positifnya sih tidak masalah. Tapi kalau banyak negatifnya, ini menjadi lain soal.

Kalau memang benar sifat manusia Indonesia seperti dalam buku tersebut, bukankah itu sifat-sifat manusia secara umum? Artinya, di negara lain juga ada seperti itu. Tapi bagi guru BK ini merupakan tantangan tersendiri, setidaknya generasi muda jangan sampai sifat-sifatnya negatif yang menguasai perilakunya. Berikut hasil pengulikan saya :

  1. Munafik. Agama dan kepercayaan yang dianut peserta didik kita, pasti mengatakan kalau munafik itu dosa. Nah, ini modal dasar. Beri saja bimbingan klasikal yang isi materinya seputar arti munafik, bahaya serta akibatnya bila melakukan hal ini. Bila perlu, beri contoh orang-orang yang berberilaku munafik dan pernah masuk penjara atau menerima hukuman lainnya.
  2. Enggan bertanggung jawab atas perbuatannya. Tidak jauh beda dengan munafik, semua agama mengajarkan agar bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Bukan pengecut. Bimbingan klasikal dengan tema Pentingnya Tanggung Jawab cukup layak diberikan ke peserta didik. Lagi-lagi harus diberikan contoh dampak atau akibat bila tidak mau bertanggung jawab.
  3. Jiwa Feodal. Lawan kata feodal adalah modern. Bimbingan klasikal cocok untuk minimal merubah pola pikir peserta didik. Materi Pola Pikir Modern yang isinya membandingkan dengan jiwa feodal termasuk akibat buruk dari jiwa feodal ini.
  4. Percaya Takhayul. Diakui atau tidak, masyarakat masih sangat percaya dengan hal-hal mistis, ghaib. Tayangan televisi, film, postingan yang berbau mistis mesti banyak pendukungnya. Kita mesti bekerjasama dengan guru agama untuk pemberian materi layanan dengan tema ini. Mengapa? Sepertinya ini ranah guru agama karena bersinggungan dengan kepercayaan. Inilah bentuk kolaborasi dengan guru mapel lain. Bisa jadi kita memberikan layanan konseling pribadi atau kelompok terkait dengan takhayul ini.
  5. Artistik. Dunia mengakui kalau bangsa Indonesia itu berdaya kreasi seni yang tinggi, luhur. Saya jadi ingat kecerdasan majemuknya Gardner yang salah satu diantaranya seni. Untuk menggali sekaligus mengembangkan sifat ini, kita bisa berkolaborasi dengan guru seni. Dari layanan pemberian tes kecerdasan majemuk, kita bisa mengetahui peserta didik yang memiliki kemampuan artisitik ata seni.
  6. Watak yang Lemah. Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Layanan bimbingan klasikal bisa mengakomodir hal ini. Manfaat bila memiliki watak yang kuat, cara mengakali watak yang lemah biar tidak merugikan ataupun tema lainnya. Tak menutup kemungkinan kita juga memberikan layanan konseling pribadi/individu bagi peserta didik yang memiliki watak yang lemah.

Sebenarnya ada beberapa sifat lainnya tapi saya hanya ingin mengulik enam sifat ini saja. Kalau kesannya gothak gathuk mathuk ya silahkan saja. Bukankah siapapun bisa berpendapat asalkan bertanggung jawab dengan pendapatnya tadi.

Bagi guru BK, apapun sifat peserta didik ini adalah tugas dan kewajiban untuk membimbing, mendampingi agar mereka bisa melewati masa-masa tumbuh kembangnya sesuai umur biologis dan psikisnya dengan suka cita. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun