Sabtu 4 Desember 2021 menjadi mimpi buruk di siang bolong bagi warga di sekitar kaki Gunung Semeru ketika terjadi erupsi yang mengubah siang menjadi gelap gulita akibat semburan guguran asap tebal awan panas dan diikuti banjir yang menghancurkan apa saja yang dilewatinya di desa-desa, ternak, tanah pertanian dan perkebunan bahkan merendam puluhan rumah warga tanpa ampun.Â
Seperti yang diberitakan oleh harian umum Kompas pada tanggal 5 dan 6 Desember 2021 telah menelan korban jiwa 14 warga meninggal dan sekitar 98 terluka:
Diketahui bahwa semua bangunan rumah warga di area Curah atau Besuk Kobokan yaitu Desa Supiturang hancur, sedemikian kacaunya keadaan sehingga semua warga terpaksa dievakuasi dan diusingkan guna mengurangi korban jiwa.
Sementara satu-satu jembatan nadi mobilitas penduduk dari Lumajang - lokasi bencana ke Malang yang dikenal dengan jembatan Gladak Perak terputus.
Nampak sekali ketidaksiapan warga menghadapi bencana erupsi Gunung Semeru yang selama ini menjadi ikon penting wisata yang banyak dikunjungi baik luar negeri dan utamanya domestik.
Erupsi Semeru, Risiko Catastrophic
Bencana alam yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Semeru termasuk dalam ketagori risiko dasar bersifat catastrophic yang menjelaskan suatu peristiwa di mana disebabkan dan ditimbulkan oleh alam yang tergolong skala besar di mana peristiwa ini jarang terjadi, tetapi apabila terjadi kerugian yang akan ditimbulkannya sangatlah besar.Â
Bencana alam, gempa bumi, gelombang tsunami, bahkan angin topan merupakan contoh tentang catastrophic ini.