Harus diakui bahwa selama ini manajemen tidak terlalu fokus padaa kerja tim ketimbang individual, dan karenanya keberhasilan perusahaan sangat tergantung dari masing-masing individual secara terpisah-pisah. Kalaupun Tim Kerja ada, hanya terbatas pada kepentingan terbatas, semacam proyek tertentu misalnya.
Nampaknya, perspektif manajemen harus berubah, dan lebih fokus pada kerja tim dan bukan individual. Rekrutmen calon tenaga kerja harus karakter berbais tim kerja. Alasannya sederhana, karena sinergi kerja tim akan jauh lebih besar daripada kinerja individual.
Oleh Richard L Daft (2018) dalam bukunya The Leadership Experience menyebutkannya sebagai "Leading Teams", atau memimpin Tim sebagai salah satu kunci dari lima kunci utama tugas seorang Leaader as Relatinship Builder, pemimpin itu sebagai tokoh yang membangun dn mengembangan hubungan antara semua orang dalam organisasi yang dipimpinnya.
Kendati memimpin tim lebih kompleks dari memimpin individual, akan tetapi manfaatnya jauh lebih besar untuk pencapaian tujuan yang lebih besar.
Pertama, memimpin tim menuju high and best performance, dengan mengkombinasikan lima unsur kunci berikut :
- Tujuan yang menarik, jelas, spesifik dan eksplisit berbasis metrik yang sederhana
- Adanya keragaman skills dan peran yang jelas dan tegas sebagai representasi dari kombinasi keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang sangat dibutuhkan.
- Efisiensi ukuran tim yang tegas yang umumnya berbasis small team, sekitar 6 orang akan menghasilkan kerja tertinggi dibandingkan jumlah lainnya.
- Ada kewenangan atau ototitas membuat keputusan dalam tim untuk mencapai tujuan tertinggiÂ
- Adanya dukungan dan pembinaan yang kontinyu dan tepat guna menjadi cara merevitalisasi kinerja tim secara terus menerus.
Kedua, marwah tim ada dalam konsep cohesiveness yang tidak ditemukan dalam diri individual.Â
- Artinya, ketika pembentukan tim berhasil melalui tahapan yang benar mulai dari forming - storming - norming - performing dan - adjourning maka dipastikan tim akan memiliki dampak yang sangat besar bagi kesuksesan perusahaan
- Cohesiveness atau kelengketan atau kekompakan antara anggota tim, ditentukan oleh sejumlah aspek seperti interkasi anggota, kejelasan konsep tujuan bersama bagi semua anggota ketertarikan pribadi terhadap tim menjadi kunci antara semua anggota.
- Kekompakan akan memberikan dampak serius dalam dua hal, menyangkut moral dan kinerja tim. Moral harus berada diatas semua anggota yang menjadi sarana terjadinya komunikasi, iklim yang ramah, pengawalan anggota, membangun loyalitas dan partisipasi anggota secara tepat.
Ketiga, era digitalisasi menuntut kemampuan pemimpin dalam Leading a virtual team, menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari, bahkan ketika karyawan harus WFH karena situasi pandemi covid-19.
- Work from home, telah menjadi sebuah model bahkan budaya kerja baru di secara global yang tak bisa dihindari. Dengannya, seluruh komponen manajemen dan kepemimpinan harus menyesuaikan diri tanpa kompromi. Kendati formatnya masih belum mantap secara penuh, tetapi penyesuaian selama 18 bulan terakhir telah mendapatkan bentuk baru.
- Karenanya, pendekatan kinerja berbasis karakter kerja tim menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar saat ini.Â
- Disana tim yang ada tidak saja hanya lokal, tetapi juga secara nasional, regional dan global. Semua sumber daya yang dibutuhkan akan terhubung secara virtual tanpa hambatan secara fisik, waktu bahkan komunikasi.Â
Keempat, memimpin tim berarti mengelola konflik, karena konflik menjadi hakekat dari sebuah tim.
- Konflik dalam tim menjadi indikator yang sehat bagi pengembangan sebuah tim kerja, dan karenanya konflik bukan sesuatu yang tabu apalagi dihindari.
- Konflik bisa muncul dalam dua bentuk sederhan yaitu konflik tugas dan konflik hubungan antar anggota, dan pengelolaannya disesuaikan dengan bentuk yang muncul.
- Harus disadari sungguh-sungguh bahwa semakin tinggi kinerja tim maka potensi konflik akan muncul snagat tinggi, sehingga seorang pemimpin dituntut sensitifitas dan kemampuan yang tinggi agar konflik yang akan muncul tidak menurunkan hasi.
Kepemimpinan teams dengan pola penciptaan iklim komunikasi terbuka akan menjadi jawaban terhadap kebutuhan orientasi dan gaya kepemimpinan pada masa revolusi industri 4.0 dengan revolusi industri berbasis media sosial.
Yang ditunjukan oleh nyaris hampir semua orang memiliki sumber daya dan akses yang sama terhadap semua informasi media sosial global dalam waktu yang real time.Â