Richard L Daft dalam buku teks mutahirnya berjudul The Leadership Experience (edisi-7, 2018) mencatat beberapa perubahan mendasar yang dihadapi oleh dunia memasuki abad-21, antara lain Social media, Globalization, Mobile commerce, Geopolitical wars, Renewable techonologies dan smart mechines, Outsourcing, Climate chnage and resource scarcity, Telecommuting dan vituel teams, Cybercrime, Redistribution of  economic power.Â
Perubahan besar di dunia saat ini, disempurnakan dengan revolusi industri 4.0 dalam inovasi dan disrupsi teknologi dengan peran semakin tinggi dan didominasi oleh robot-robotisme, yang di-afirmasi dengan telak oleh pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020.Â
Sebuah situasi yang tidak pernah terbayangkan oleh para pemimpin  di masa yang lalu. Bahkan hasil survei oleh Center of Creative Leadership, menemukan 84% pemimpin mengatakan "defenisi kepemipinan yang efektif berubah secara serius-signifikan memasuki abad 21".
Pemimpin tidak bisa lagi mempertahankan paradigma yang lama, yaitu leader as hero. Ini tidak berlaku dalam era perubahan yang sangat tidak menentu kini dan kedepan.Â
Pemimpin harus berubah, dengan cara ubah mind-set as a leader. Ubah paradigma lama menjadi new paradigm dengan menempatkan diri bukan sebagai pahlawan di depan semua orang, tetapi berada di tengah bahkan di belakang layar untuk memberdayakan semua orang, bahkan stakeholder demi mewujudnyatakan visi dan misi organisasi.
From Hero to Humble
Harus diakui bahwa menjadi seorang pemimpin pada masa kini tidaklah mudah. Tidak saja karena tanggungjawabnya yang jauh lebih besar, tetapi juga karena harus memiliki kemampuan, pengetahuan, keterampilan, wawasan bahkan pengetahuan umum yang komprehensif dan terus menerus melakukan updating.Â
Dahulu seorang pemimpin bisa tidaur nyenyak, tetapi sekarang tidak lagi bisa nyaman dan aman, karena perubahan yang terjadi bisa menginterupsi operasi bisnis, mengganggu jalannya produksi bahkan bisa kehilangan pelanggan atau pasar dalam waktu singkat.
Mengubah asumsi dari hero menjadi humble, dari pahlawan menjadi rendah hati dan berada di belakang layar menjadi salah satu kunci bagi seorang pemimpin untuk bisa tetap sukses dan memenangkan persaingan yang semakin ketat dan sulit dikendalikan.
Pada dasarnya pemimpin yang humble akan berjuang untuk membangun perusahaan yang kuat dan kokoh dari belakang layar dengan mendukung dan mengembangkan semua karyawannnya, terbuka untuk meminta dan mendengar nasehat serta meluangkan waktu memikirkan konsekuensi yang mungkin muncul atas sebuah tindakan yang diambil.
Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat yang ke 16, merupakan contoh yang sangat baik untuk menjelaskan sikap seorang pemimpin yang humble. Rela untuk mengubur ego dan kepentingan pribadinya demi kepentingan rakyatnya sendiri. Tidak segan untuk berkorban melakukan dukungan dan bantuan bagi yang membutuhkan. Dia sadar, bahwa ketika dia humble, dia tetap seorang Presiden AS.