Salah satu kesulitan yang jamak dihadapi oleh para mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan penelitian untuk pembuatan skripsi adalah urusan membuat definisi atau pengertian sebuah variabel dalam penelitian yang dilakukan. Artinya, banyak mahasiswa tidak memahami secara metodologis apa sesungguhnya defenisi itu, dan bagaimana membuatnya.
Sekarang ini, bila membuat defenisi sebuah variabel, maka yang dilakukan adalah mengambil definisi yang sudah ada dari beragam sumber. Buku teks, artikel di jurnal, prosiding hasil penelitian baik melalui internet, maupun dokumen buku teks dan hasil penelitian.Â
Pada umumnya mahasiswa memanfaatkan mesin pencarian google, atau dikenal dengan "Mbah Google" dengan mengetik kata kunci maka akan keluar semua yang dicari. Dan tinggal mengambil saja apa yang dibutuhkan.
Masalahnya muncul ketika mahasiswa tidak mampu membedakan dengan benar dan tepat mana yang memenuhi syarat sebagai sebuah defenisi variabel dengan sumber yang bisa dipertanggungjawabkan secara metodologis dan mana yang harusnya jangan diambil karena "sampah" adanya.Â
Dan umumnya, yang terjadi adalah mahasiswa bermain "copy-paste"-ria dari sumber-sumber yang didapatnya dan menyajikan dalam tulisannya seakan-akan sudah membaca sumber aslinya, padahal tidak, bahkan lihat dan pekan bukunya saja belum pernah. Inilah kebiasaan "copas" yang merusak daya beropikir ilmiah para mahasiswa.
Memahami variabel Penelitian
Sesungguhnya kata variabel itu merupakan turunan dari pemahaman dasar dari KONSEP. Artinya, memahami variabel secara benar harus dimulai dri apa yang disebut KONSEP. Karena penampilan sebuah konsep, bisa dalam bentuk variabel. Hanya saja, pada umumnya para peneliti langsung saja "main tembak langsung" ke variabel penelitian.
Konsep dan/atau juga variabel merupakan alat dasar nan vital bagi peneliti dan pemikir. Siapa saja yang berpikir dipastikan menggunakan konsep. Sebab apa yang kita pikirkan, kita sebutkan dan kita lakukan sesungguhnya adalah konsep dan konsep. Menyebutkan sesuatu saja, itu sudah merupakan konsep. Misalnya, sakit, makan, senang, jatuh cinta, malas kerja, puas, pemimpin dan seterusnya adalah konsep dan konsep.
Sebab konsep itu merupakan pernyataan singkat tentang sekelompok fakta atau gejala. Merton (1963) menyebutkannya bahwa konsep itu merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, menentukan antara peubah-peubah mana ingin menentukan hubungan empirisnya. Secara sederhananya, konsep itu merupkan SIMBOL yang memberi MAKNA, makna mana dapat ditemukan dari OBYEK/PERISTIWA. Jadi SIMBOL bisa berupa warna, atau kata.
Yang penting diperhatikan adalah bahwa ada konsep yang sederhana tetapi ada juga yang rumit. Yang sederhana, bisa dilihat langsung dengan mata kepala sendiri seperti tembok,  papan atau benda lainnya. Konsep yang rumit, tidak bisa dilihat langsung dan disebut sebagai CONSTRUCT, masioh abstrak dan hanya bisa dilihat melalui indikator (bd. Kentjaraningrat, 1977).  Contoh konstruk adalah  kedudukan, peranan, partisipasi, kepemimpinan, watak, dan sebagainya.
Secara metodologis dan statistik, kemudian konsep-konsep ini diurutkan dalam bentuk level pengukuran. Sehingga kita mengenal konsep atau variabel yang diukur pada tingkat Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio. Dengan melihat level measurementnya maka seorang peneliti sudah bisa membedakan sebuah konsep dan/atau variabel itu.
Defenisi Konsep/Variabel Penelitian
Penelitian apapun yang dilakukan, oleh siapapun dan dimanapun, dipastikan menggunakan konsep/variabel penelitian. Tanpa variabel tidak ada penelitian. Jadi vaiabel menjadi unsur kunci dalam penelitian. Soal berapa banyak dan bagaimana rangkaian variabel yang digunakan, tentu itu soal lain yang harus dipahami dengan baik, karena itu bicara langsung tentang Model Penelitian atau Kerangka Penelitian.
Disini akan dibahas tentang bagaimana membuat defenisi sebuah variabel. Sebab, sebetulnya setiap peneliti harus bisa merumsukan sendiri pengertian dari variabel penelitian yang dilakukan. Seandainya sudah ada rumusan dari peneliti yang lain, dan dianggap sesuai dengan kebutuhan, maka si peneliti tentu saja boleh menggunakannya dengan menunjuk sumber yang digunakan secacara bertanggungjawab.
Membuat defenisi sebuah variabel sangat penting karena mempunyai dua tujuan utama yaitu (i) secara tegas menentukan batas-batsa makna dari simbol yang digunakan, dan (ii) memberikan landasan  bagi si ilmuwan untuk dapat  mempergunakan secarta empiris. Sehingga tanpa kejelasan defenisi maka si peneliti tidak memiliki acuan atau pedoman untuk mengumpulkan dan menganalisis data, dan menjawab masalah penelitian yang sudah dirumuskan.
Makin tajam defenisi sebuah variabel makin baik dan memudahkan pekerjaan tahapan penelitian. Dan sebaliknya kalau tidak tegas akan membuat hasil penelitian tidak jelas.
Unsur-unsur dalam sebuah defenisi ada dua yaitu (i) Definiendum, merupakan kata yang akan didefinisikan atau istilah yang menuntut suatu kejelasan, Â dan (ii)Â Definiens, bagian yang menjelaskan makna, atau penjelasan mengenai apa yang akan dimaksud dengan kata atau istilah.
Sementara definies terdiri dari dari dua unsur kunci yaitu (a)Â Genus, kelompok atau kelas umum ke dalam mana definiendum dimasukkan, dan (b) Deferensia, karateristik khas yang dimiliki oleh definiendum itu.
Contoh sederhana : Manusia adalah binatang rasional. Maka yg disebut Definiendum adaalah Manusia, Binatang yang rasional adalah Definiens. Genusnya adalah binatang, dan Deferensianya adalah rasional.
Agar defenisi benar dan tidak salah maka ada beberapa yang harus dicermati dan tidak boleh terjadi, yaitu :
- Definiens tidak boleh mengandung definiendum. Contoh : Sistem adalah kumpulan sistem-sistem yang berinteraksi.
- Harus dihindari penggunaan sinonim. Contoh : Working capital adalah modal kerja.
- Defenisi/Difiniens harus dinyatakan secara positif. Contoh(negatif) : Ilmu ekonomi adalah bukan ilmu eksakta
- Definiens setaraf dengan definies. Contoh (yang tidak setaraf): Murid adalah seorang yang belajar kepada seorang guru.
- Definiens harus mengandung suatu inti yang khas dari definiendum.
Kalau kelima hal diatas dipedomani maka, dipastikan defenisi variabel yang dibuat berada di rel yang benar dan akurat dan bisa digunakan dalam penelitian. Aspek-aspek ini, bisa juga digunakan untuk menilai defenisi variabel yang sudah ada di dalam buku teks, dalam jurnal bahkan di berbagai media publikasi. Kalau tidak memenuhi syarat harusnya jangan dijadikan rujukan. Lebih baik dicari yang lain.
Tips Praktis Membuat Defenisi
Tips berikut ini sangat cocok digunakan untuk membuat atau menilai defenisi operasional variabel penelitian karena bisa digunakan sebagai pedoman dalam menentukan indikator empirik bagi sebuah variabel penelitian.
Dalam praktek dikenal ada 3 buah pola dalam membuat defenisi operasional penelitian, yaitu Pola I, menekankan  pada kegiatan apa yang perlu dilakukan, Pola II, menekankan bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan Pola III, menekankan pada sifat-sifat statis dari hal yang didefinisikan.
Pola I : Defenisi Pola-1 ini disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi. Perahatikan contih-contoh berikut ini :
- Frustrasi adalah keadaan yang timbul sebagai akibat tercegahnya pencapaian hasil yang sangat diinginkan yang sudah hampir tercapai
- Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah tidak makan selama 24 jam
Pola II: Defenisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefiniskan  itu akan beroperasi. Perhatikan contoh-contoh beriku ini :
- Orang cerdas adalah mereka yang tinggi kemampuannya dalam memecahkan persoalan, tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan
- Orang lapar adalah mereka yang mulai menyantap makanannya kurang dari satu menit setelah makanan itu dihidangkan dan menghabiskannya dalam waktu kurang dari 10 menit.
Pola III: defenisi yang dibuat berdasrkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya.
- Mahasiswa cerdas adalah mereka yang belajar diperguruan tinggi yang mempunyai ingatan baik, mempunyai perbendaharaan kata yang luas, mempunyai kemampuan berpikri yang baik, dan mempunyai kemampuan hitung yang baik.
- Ekstroversi adalah kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.
Dengan tiga pola defenisi variabel diatas, dapat membuat sendiri sebuah defenisi secara bebas sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Tetapi juga dapat dijadikan rujukan dalam menilai defenisi yang sudah ada apakah memenuhi syarat atau tidak.
Mahasiswa yang meneliti untuk membuat sebuah skripsi bisa menggunakan acuan diatas dalam menentukan defenisi variabel yang diguanakan dlam topik penelitiannya. Jangan pernah kutip defenisi yang tidak memenuhi syarat minimal diatas. Bukan saja tidak memberikan hasil yang baik dan benar, tetapi juga menjelaskan bahwa Anda sesungguhnya tidak mengerti apa yang sedang Anda teliti dan kerjakan. Dan akibatnya akan sangat fatal ketika memasuki Sidang Skripsi yang bisa saja ditanyakan oleh para penguji.
Yupiter Gulo, 6 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H