"Mau beli saham sekarang atau tidak sama sekali?"
Pesan singkat : "mau beli saham sekarang atau tidak sama sekali?", menjadi jawaban saya kepada teman-teman yang bertanya pendapat saya tentang situasi harga saham di Bursa Efek Indonesia ketika IHSG akhirnya menembus angka psikologis kencang pada angka Rp. 5000-an pada hari Senin tanggal 8 Juni 2020.
Substansi pesan ini secara konsisten saya sampaikan sejak pertengahan Maret 2020, ketika IHSG terperosok hingga berada di bawah angka Rp 4000-an. Dan saat itu saya menulis, "saatnya memborong saham di BEI". Dan betul juga hanya dalam seminggu IHSG kembali "mengamuk" mendekati angka Rp 4.500-an. Banyak yang cuan ketika itu, tetapi lebih banyak yang "menonton nan melongo" bagaimana kontraksi harga saham terus terjadi dan pelan-pelan naik.
Kenaikan IHSG memang tidak secepat ketika anjlok di pertengahan maret sebagai akibat dari pandemi Covid-19 yang secara global dan psikologis mendorong pesimisitas yang luar biasa dari kalangan investor. Tindakan mereka sederhana, lepas dulu saham nanti saja balik lagi.. Ya, semacam wait and see. Dan hasilnya indeks saham seluruh dunia juga anjlok.
Setelah dua bulan lebih, akhirnya IHSG pada hari Senin  kemarin 8 Juni 2020 menembus angka psikologis Rp 5000. Dan biasanya angka ini akan terus begerak naik. Kadang turun dulu, tetapi naik lagi. Tetapi secara rata-rata, grafiknya terus menaik.
Ini kondisi yang sudah sangat wajar terjadi dalam dunia transaksi saham. Bahkan para investor pun paham betul perilaku pergerakan IHSG ini. Dan dipastikan IHSG akan segera menembus kembali angka psikologis di Rp 6.000.
Mengapa bisa kembali segera di angka Rp 6000 IHSG itu? Karena ini sudah menjadi kondisi sebelum terjadinya wabah virus corona. Dan ini akan menjadi semacam banchmarck yang semua investor memikirkannya. Pun pengelola bursa efek akan terus menjaga dan mengawal pergerakannya ke angka target itu.
Ketika harga saham melorot ke bawah hendak menjelaskan kalau harga pasar menjadi sangat under valaed di semua saham-saham yang terbaik. Bukan karena perusahaannya merugi atau bangkrut tetapi hanya karena efek dari pandemi virus corona.
Dan dalam periode 2 sampai 3 bulan akan menjadi lebih dari cukup bagi pasar untuk menentukan arah dari pergerakan semua faktor yang mempengaruhi harga saham di bursa efek. Artinya, nampak bahwa efek dari virus corona semakin lama semakin menurun dari sisi psikologis investor.
Betul juga, karena kebijakan pemerintah Indonesia misalnya dengan penerapan new normal life sebagai pengikat bagi geliat dan dorongan serius dunia ekonomi dan bisnis. Artinya pula, pemerintah tidak akan mau menghabiskan waktu terus hanya mengurus kelakuan publik yang tidak taat pada protokol kesehatan. Tetapi dibiarkan saja agar masyarakat menjadi dewasa dan mandiri mengelola hidupnya sehingga mampu hidup berdamai dengan Covid-19. Peraturan tentang protokol kesehatan telah ditetapkan, dan silakan masyarakat mematuhinya agar tidak menjadi korban virus misterius ini.