Satu, Jokowi mendapatkan tekanan yang sangat luar biasa dari kelompok pendukungnya sendiri, khususnya yang bersemayam di senayan sana. Karena keenam orang anggota legislatif yang menginisiasi usulan revisi UU KPK berasal dari partai pendukung sang Presiden.Â
Dan untuk tidak berkonfrontasi maka PakDe akhirnya berkompromi dengan menyetujui revisi tetapi menolak 4 poin. Ini juga sama saja menyetujui revisi UU KPK. Tidak seperti presiden sebelumnya "menolak revisi UU KPK" dan berpikir masih ada yang lebih penting dari itu.
Kedua, ada pemikiran yang sangat kuat bahwa ternyata beban pemikiran Jokowi sangatlah banyak sehingga dia tidak mau diganggu oleh hal-hal seperti ini, revisi UU KPK.Â
Beliau selalu beralasan bahwa itu kawasan atau domain dari legislatif. Pemikiran ini juga sangat disayangkan, karena bukan soal banyak beban atau tidak, tetapi ini adalah concern yang sangat kritis tentang masa depan bangsa dan pembangunan negeri ini.
Ketiga, sejumlah pemikiran publik yang menyimpulkan bahwa ternyata seorang Jokowi tidak sekuat dan se tegar yang dibayangkan dan diharapkan oleh publik.Â
Kalau pemikiran ini benar, dipastikan langkah-langkah Jokowi kedepan akan penuh keraguan dari publik apakah masih tegar dan kuat menghadapi berbagai goncangan dan terpaan badai yang semakin mengganas kedepan.Â
Ini tentu berita yang tidak terlalu baik buat pemerintahan Jokowi untuk periode keduanya.
Mana yang paling mendominasi ketakutan Jokowi dari ketiga pemikiran diatas bila dia menolak revisi UU KPK ini?Â
Akan tampak dalam sebulan kedepan ini, terutama saat-saat puncak untuk menetapakan dan mengumumkan siapa saja yang akan masuk dalam jajaran Kabinet Kerja Jilid II Jokowi - M'ruf Amin untuk periode kepemimpinan mereka 2109-2024.
Semoga keduanya tetap sehat dan kuat, dan tentu saja publik mengharapkan akan ada hidden agenda besar Jokowi yang akan memberikan kejutan bagi masa depan yang lebih baik dan maju buat Indonesia.
YupG. 134 September 2019.