Dunia ini diciptakan oleh Tuhan bukan untuk kepentingan diri Anda sendiri. Pun pasti bukan untuk hanya kepentingan keluarga Anda, atau demi kepentingan kelompok Anda sendiri. Tuhan menciptakan dunia ini dengan seluruh isinya dalam sebuah harmonisasi, keseimbangan, dan kebaikan dan kesejahteraan bagi semua makhluk.
Sesungguhnya, dunia yang kita diami dan kelola ini, bukan semakin mengukuhkan dan mewujudkan apa yang Tuhan inginkan ketika menciptakan alam semesta ini. Begitu kuat kecenderungan dunia ini berubah semakin jauh dari harmonisasi, keseimbangan dan kebaikan bersama.
Yang terjadi adalah orang semakin kencang berlomba untuk memenuhi kepentingan pribadinya terlebih dahulu, kepentingan keluarganya sendiri, kepentingan kelompoknya.Â
Dan semakin melupakan bagaimana agar kepentingan bersama diutamakan dan dijaga. Jangan tanya lagi tentang harmonisasi ciptaan Allah, karena setiap orang merasa bahwa itu bukan urusannya, itu bukan masalahnya.
Keadaan seperti inilah yang terus menerus dipertontonkan setiap hari melalui media televisi, radio, media daring, website, internet, media sosial.
Suka tidak suka, kita semakin sulit dan susah untuk memikirkan orang lain yang sedang susah hidupnya. Apalagi hendak mau menolong orang lain, tunggu dulu, pasti ada seribu satu alasan untuk tidak melakukannya.
Akibatnya, kehidupan yang bergerak semakin jauh dari kebersamaan dan semakin kokoh dengan individualisme, pragmatisme, acuh dan tidak peduli dengan sesama manusia.
Aneh memang aneh. Sungguh ajaib dan ajaib benar. Sebab, sesungguhnya setiap orang menyadarinya. Tetapi setiap orang juga merasa memiliki se gudang alasan untuk tidak menolong orang lain.Â
Jadilah hidup dan kehidupan di dunia ini sepertinya ramai dan sibuk dimana-mana, tetapi sesungguhnya sungguh sangat sepi karena orang hanya berjalan dan bergerak dalam kesendiriaan masing-masing. Dan itulah sesungguhnya hidup yang rapuh dan "bagaikan mayat hidup dan tulang belulang tiada memiliki jiwa".
Suatu hari Yesus menceritakan sebuah perumpamaan tentang orang Samaria yang Baik Hati, yang mendapati seorang pria yang baru saja dirampok dan dipukuli sampai babak belur hampir mati, dan dibiarkan begitu saja tergolek di tepi jalan menuju Yerikho.
Kemudian dikisahkan kalau sejumlah orang lewat dan melihat si korban perampokan ini tergeletak di pinggir jalan begitu saja. Seorang pendeta dan seorang pejabat gereja hanya melewati pria yang terluka itu tanpa memberi bantuan untuk menolong si korban perampokan ini. Tetapi, ada satu orang yang berbeda sikapnya, yaitu seorang Samaria. Lihat, orang Samaria itu berhenti dan menolong si korban.