Kalau tidak kontroversial itu namanya bukan seorang Ahok. Memang garis hidupnya seakan kehadirannya selalu membawa kontroversi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan setiap langkahnya seakan menjadi berita yang harus dimaknai secara khusus. Pun setiap ungkapannya seakan menjadi petunjuk sebuah misteri.
Bayangkan saja ditengah-tengah panasnya suhu politik menuju kabinet kerja jilid II Jokowi-Ma'aruf, tiba-tiba Ahok mendapatkan penghargaan yang luar biasa, yaitu Roosseno Award, sebagai tolok ukur seorang yang memiliki integritas tinggi dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Peristiwa penghargaan yang diserahkan langsung oleh Toeti Heraty N Roosseno dalam acara yang sangat khusus atas semua prestasi Ahok selama memimpin kota Metropolitan Jakarta.
Satu, Â Ahok menegaskan dan mengakui telah cacat di negeri ini, "Saya sudah cacat di repubik ini.". Sebuah penegasan sekaligus menjelaskan bagaimana dia memahami dan memposisikan dirinya dalam konstelasi perpolitikan di Indonesia saat ini.
Kedua, Ahok mengaku tidak mungkin menjadi Menteri dalam Kabinet Kerja jilid II Jokowi-Ma'aruf Amin. Sebuah penegasan tentang pemahaman Ahok bagaimana persyaratan hukum bagi seorang Menteri yang tidak boleh ada cacat hukumnya.
Ketiga, Ahok mengakui bahwa karir politiknya sudah selesai. Pengakuan ini menjadi petunjuk bagaimana sikap leboih lanjut menghadapi dan mensikapi dinamika politik yang terus semakin panas.
Keempat, Ahok mengaku tidak ingin ada siapa pun yang merasa akan direbut posisinya olehnya. Sebuah pengakuan sekaligus sebagai pemahaman bahwa ada banyak orang yang merasa terancam kesempatannya apabila Ahok mau.