Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Balada Saham PT Garuda Indonesia yang "Gagal IPO" di Bursa Efek

19 Juli 2019   11:39 Diperbarui: 19 Juli 2019   19:09 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah yang dihadapi oleh maskapai penerbangan milik pemerintah Garuda Indonesia terkaitkan dengan ketidakberesan laporan keuangan sehingga Mankeu Sri Mulyani Indrawati harus membekukan izin dari KAP yang mengaudit keuangan PT Garuda Indonesia itu, sesungguhnya merupakan puncak gunung es yang membelit manajemen bisnis BUMN ini selama ini.

Kesalahan fatal laporan keuangan yang berakibat melanggar ketentuan dari Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan yang sudah go publik, sungguh memprihatinkan kita semua. Tidak bisa di pungkiri terjadinya mis management yang akut dalam tubuh Garuda Indonesia ini.

Mis-management yang terjadi bagaikan lingkaran setan tiada berujung, kendati para profesional bergantian menjadi komandan dalam mengelola garuda Indonesia, namun "bau amis" penyimpangan, nyaris tidak pernah sepi. 

Padahal segala kemudahan, segala support dan sumber daya, seharusnya tidak terlalu sulit bagi perusahaan sebesar garuda untuk memperolehnya agar memiliki daya saing yang kuat.

Pada saat memulai proses go publik, banyak pihak sudah membaca kecenderungan yang tidak sehat pada perusahaan ini. Bahkan kekuatiran itu betul-betul terjadi ketika saham garuda mulai di lepas di pasar, melalui pasar perdana IPO -- Initial Public Offering, tanggapan pasar sangat lemah dan tidak mencapai target.

Pada tanggal 14 Februari 2011, kompas.com memberitakan dengan judul "IPO Garuda Dinilai Telah Gagal", demikian juga sejumlah pemberitaan lainnya yang bernada sama. Suara.com menurunkan judul berita "Mengapa IPO Garuda buntung?".

Citra Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan nasional tercoreng akibat kegagalan pemerintah dalam masa penawaran umum perdana saham atau initial public offering. Selain harus segera dievaluasi, kegagalan ini juga harus menjadi bahan pertimbangan untuk privatisasi badan usaha milik negara lainnya.

Kegagalan awal penawaran saham garuda kepada publik ditunjukkan oleh tidak semua di serap oleh permintaan pasar, atau dengan kata lain undersubscrided. Dengan harga IPO sebesar Rp 750 perlembar dan jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 6,335 miliar saham, hanya sekitar 3,327 miliar lembar saham yang diserap pasar.

Sementara sisanya berjumlah sekitar 3,008 miliar saham harus di beli kembali oleh para underwriters, konsorsium penjamin emiten, antara lain yaitu PT Bahana Securities, PT Dana Reksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas, sebagai konsekuensi dari full-commitment untuk mensupport go public dari Garuda Indonesia.

Kurangnya minat investor untuk membeli saham Garuda pada masa IPO, menjadi indikasi kuat kegagalannya untuk memasuki pasar modal. Artinya pasar atau investor memiliki persepsi yang sangat negative terhadap garuda ini  dalam mengelola bisnisnya. Pasar tidak meyakini kalau garuda akan baik manajemennya kedepan.

Bukti kesimpulan ini langsung kelihat ketika saham Garuda berlabel GIAA ini di jual pada pasar sekunder, yang biasanya harganya melonjat, ini malah menurun habis-habisan. Yaitu dari harga perdana Rp 750, turun menjadi Rp 620, atau anjlok sebesar 17,33 %. Sebuah indikasi yang sangat jelek sehingga banyak analis menyimpulkan kalau IPO Garuda gagal dan buntung.

Memang sangat berat bagi saham GIAA ini untuk menembus dan melewati harga IPOnya Rp 750. Dan selama ini lebih banyak bergerak dari antara Rp 400 hingga Rp 600 perlembar. Lagi-lagi, persepsi investor tentang kinerja garuda serta masa depan garuda tidak mampu berubah akan menjadi lebih baik.

Dalam pemberitaannya cnbcindonesia.com mencatat harga tertinggi yang pernah dicapai saham garuda 6 tahun terakhir berada di Rp 630 per saham dan harga terendahnya pernah berada di level Rp 200 per lembar saham.

Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menyentuh level harga saham tertinggi dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Pada perdagangan hari ini, harga saham berkode GIAA tersebut tercatat naik 12,50% ke level Rp 630/saham. Volume perdagangan juga tercatat cukup besar 228,03 juta saham senilai Rp 138,74 miliar.

Terakhir kali saham GIAA berada pada level Rp 630-an pada 26 April 2013. Saat itu harga saham Garuda ditutup pada level harga Rp 634/saham, setelah itu harganya terus terkoreksi dan sempat berada pada level harga Rp 200/saham.

Dalam kurun waktu 5 tahun saya mengikuti dan berinvestasi pada saham GIAA ini, dan terpaksa saya lepas dan tidak lagi mentransaksikannya sejak 3 tahun yang lalu. Mengapa? Karena lebih banyak capek melihat pergerakan naik dan turun-turun dan turun terus ketimbang turun lalu naik naik dan naik. Bahkan saham ini termasuk yang sering "digoreng" oleh para trader di lantai bursa efek Indonesia.

Menjadi sangat penting di pahami bahwa, ketika Garuda sudah melantai di bursa efek, maka semuanya menjadi sangat transparan, bagi para investor dan pelaku pasar modal. Sekecil apapun informasi akan menjadi pintu pembentuk opini investor apakah perusahaan emiten ini benar atau banyak tidak  benarnya.

Nah, apabila saham garuda sepertinya hanya berjalan di tempat saja, itu artinya pasar memaknai pengelolaannya tidak profesional dan bahkan sangat mungkin ada banyak aekali permainan di dalamnya. Jadilah sahamnya tidak menjadi koleksi jangka panjang bagi investor. Dan malah menjadi mainan di kalangan para trader bergaya hit and run, beli pagi jual siang daripada stress memegang lama-lama saham ini.

Dan itu semua menjadi benar di pandangan para investor ketika muncul masalah laporan keuangan yang menyimpang. Dan tindakan pemerintah melalui Meteri Keuangan Sri Mulyani menjadi sangat bagus untuk memotong semua lingkaran setan yang terjadi dalam mismanagement Pt Garuda Indonesia ini.

Bahkan membekukan izin KAP yang mengaudit PT Garuda Indonesia, merupakan ketegasan yang perlu dijaga karena para investor di lantai bursa akan mencermati. Tidak hanya itu, merombak manajemen, melakukan restrukturisasi, dan gaya manajemen serta gaya kepemimpinan harus berubah total. 

Kalau tidak maka garuda tidak akan bisa kemana-mana, sayapnya menjadi patah dan perjalanan sahamnya akan menjadi kisah dan balada yang semakin memprihatinkan.

Semoga !

Yupiter Gulo, 19 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun