Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hindari 5 jenis "Jangan", Agar Tidak Didikte oleh Produk Sampah

3 Juli 2019   12:39 Diperbarui: 4 Juli 2019   09:30 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/kreatif-deretan-iklan-unik-yang-membekas-di-hati-masyarakat-indonesia

Di bagian ini, lembaga konsumen atau lembaga yang memiliki concern tentang hal ini, menjadi sangat penting untuk ikut membantu masyarakat terhindar dari produk sampah yang banyak beredar di pasar.

Pedomani 5 Jangan Menjadi
Godaan, rayuan dan dorongan dari perusahaan melalui media iklan yang sangat gencar dilakukan setiap saat memang tidak mudah bagi konsumen untuk melawannya. Sebab, nalar menjadi tumpul, dan rasionalitas menjadi mati dan ketika dan uang maka apa saja mau dibelinya kendati barang itu tak ada gunanya.

Oleh karena itu, sejumlah hal untuk direnungkan agar terhindar dari gempuran pengaruh iklan yang semakin marak dengan era digital dan media sosial yang setiap saat berjumpa dengan mata konsumen melalui smartphone yang selalu di pegang sepanjang hari.

Nasehatnya, ada 5 jangan yang bisa dihindari untuk membuat hidup lebih sehat, efisien dan sejahtera, yaitu :

Satu, jangan menjadi korban tren. Ini yang disebut dengan perubahan kehidupan dari waktu ke waktu, dan karenanya apa saja yang menjadi kebutuhan orang akan berubah. Awas, cermati baik-baik, sebab yang jadi tren itu tidak selalu berguna bagi Anda untuk dikonsumsi dan dibeli.

Dua, angan pernah jadi target gaya hidup. Life style menjadi acuan konsumen sekarang ini. Karena merasa hidupnya lebih berarti ketika apa yang menjadi kebiasaan yang sedang dilakukan akan ditiru. Dan perusahaan sangat lihai memanfaatkan gaya hidup itu. Awas, jangan menjadi korban dan target gaya hidup yang di kreasi oleh dunia bisnis dan industri, karena maknanya sangat temporer dan tidak abadi.

Ketiga, Jangan di dikte oleh produk. Awas, karena strategi promosi, iklan yang dilakukan melalui berbagai media sosial akan mendikte Anda sebagai konsumen dari produk mereka. Hati-hati, sebab dengan kemampuan teknologi informasi yang disebut dengan BIG DATA, setiap konsumen diketahui kebiasaannya oleh si dunia bisnis dan industri. Dan dari sanalah dunia industri merancang untuk memenuhinya. Bila tidak waspada maka Anda akan menjadi target korban dari produk yang ditawarkan.

Keempat, Jangan di intimidasi oleh harga barang. Perusahaan paham betul keinginan konsumen dengan harga-harga barang yang miring dan murah, maka konsumen bisa saja menjadi gelap mata membeli produk apa saja tanpa ada manfaat baginya. Hanya karena harga murah dan memiliki uang pada saat itu, maka strategi perusahaan tercapai yaitu Anda menjadi korban target harga barang.

Kelima, Jangan menjadi manusia tiruan. Ini yang paling penting dan mendasar untuk melawan semua godaan dan rayuan pasar arau kepungan produk dari perusahaan. Yaitu sadar bahwa Anda adalah manusia original dan bukan manusia imitasi atau manusia tiruan. Bagian ini menjadi sangat mendasar karena eksistensi Anda sebagai manusia menjadi pintu masuk memutuskan apakah menjadi korban dari produk sampah atau tidak.

Ini penting karena semua yang disebut tiruan, barang tiruan pasti nilainya murah, di obral. Hal yang berbeda dengan barang yang asli, pasti harganya mahal karena memiliki nilai.

Jangan Menjadi Aksesori
Setiap manusia itu bukan barang tiruan, bukan imitasi, apalagi menjadi boneka saja. Tidak sama sekali. Tetapi Anda sebagai manusia seutuhnya adalah asli, dan karena Anda asli maka Anda memiliki nila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun