Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Catatan Kritis Pemindahan Ibu Kota dengan Anggaran 446 Triliun Rupiah

8 Mei 2019   17:04 Diperbarui: 8 Mei 2019   18:56 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemindahan Ibu kota Jakarta ke luar pulau Jawa sudah diwacanakan oleh Sang Presiden, secara resmi dalam rapat terbatas kabinetnya pada Senin 29 April 2019. Nampaknya bukan lagi hanya wacana, tetapi sejumlah aksi sudah mulai digulirkan.

Ditengah-tengah panasnya suasana politik di tanah air,  karena proses real count KPU atas hasil Pemilu serentak masih berjalan, sementara hasil QC membawa pro kontra yang sangat menghebohkan, Presiden Jokowi turun langsung kelapangan meninjau "kandidat lokasi Ibu kota yang baru" di Kalimantan. Mampir melihat Bukit Soeharto, yang nampaknya menjadi pilihan kuat untuk dijadikan Ibu kota negara yang baru.

Pro dan kontra atas wacana dan rencana pemerintah untuk memindahkan Ibu kota Jakarta ke luar Jawa ini, nampaknya Jokowi tidak bergeming untuk terus mengerjakan hal-hal terkait dengan persiapan rencana yang menghebohkan ini.

Mari memberikan sejumlah catatan sebagai bagian dari mencermati rencana ini, terlepas dari mau atau tidak, suka atau tidak, tetapi mari melihatnya dalam perspektif masa depan Indonesia yang di mimpikan oleh kita semua.

1. Membangun Indonesia bukan Jawa Centris

Sejak Jokowi menjabat sebagai orang nomor satu di negeri ini, dan hingga sekarang, dalam banyak kesempatan selalu mengingatkan bahwa membangun Indonesia tidak bisa lagi mulai dari Jawa, atau Jawa Centris. Tetapi Indonesia harus dibangun dari luar Jawa, dari pulau-pulau terluar, dari desa-desa terpencil serta dari perbatasan.

Secara umum Jawa sudah jauh lebih maju dari daerah-daerah luar Jawa. Tanpa dilakukan apa-apapun Jawa sudah bisa berkembang sendiri karena segala macam kemajuan ada di Pulau Jawa.

Hal ini bisa dilihat dari perhatian yang diberikan oleh Joko Widodo untuk daerah-daerah terluar, terpencil dan tersisih selama ini dalam segala macam sektor. Dimulai dari wilayah perbatasan yang saat ini semuanya menjadi daerah "kiclong" dan menjadi tujuan wisata local, yang sekian puluh tahun tidak terjamah.

Lihat pelabuhan, jalan-jalan propinsi di semua wilayah sampai ke Papua. Selama ini daerah-daerah itu hanya mimpi saja membayangkan jalan tol ada di daerah mereka. Tetapi Joko Widodo mengubah semuanya itu. Saya pikir ini fakta yang tidak boleh ada orang yang menutupinya. Terlepas dari besarnya anggaran, sulitnya melakukan itu, dan mungkin banyak korban berjatuhan dalam melakukan itu.

Harus diakui bahwa memindahkan Ibu kota Jakarta ke luar Pulau Jawa menjadi bagian dari implementasi Strategi Pembangunan Indonesia oleh Joko Widodo yang bukan Jawa Centris tetapi Membangun dari luar, pinggir dan perbatasan.

2. Menuju tahun 2045 menjadi Negara ke4 terkuat eknomi di dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun