Akibatnya memang sangat merugikan penumpang dan masyarakat, belum lagi harus berhadapan dengan para pencopet didalam bus dan nyaris menjadi pemandangan keseharian para penumpang.
Ketika MRT, LRT dan TransJakrata yang sudah duluan berjalan maka semua budaya metromini dan budaya bus kota akan hilang adanya. Dipastikan supir dan penumpang tidak bisa lagi sesuka hatinya memanfaatkan MRT karena semuanya sudah diatur dengan sistem yang sangat ketat.
Masyarakat penumpang harus menyesuaikan diri dengan sistem transportasi MRT yang ada, kalau tidak bisa menyesuaikan diri maka tidak bisa menggunakan moda transportasi ini.
Misalnya, setiap penumpang harus memiliki kartu yang berisi uang untuk bisa memiliki akses menggunakan MRT, demikian juga dengan jadual berangkat, turun dan sampai ketujuan telah diatur oleh sistem. Disiplin waktu menjadi budaya bagi masyarakat di negara-negara maju. Demikian juga dengan kebiasaan untuk disiplin dalam antrian dan tidak lagi menyerobot.
Ketakutan untuk tidak mendapatkan tempat duduk tidak lagi terjadi dengan MRT, karena dalam waktu setiap menit akan muncul gerbong berikutnya, demikian seterusnya dari pagi-pagi hingga malam hari. Bahkan suatu saat akan beroperasi selama 24 jam, seperti yang sudah berjalan di sejumlah negera di dunia.
Budaya Kebersihan: Tidak ada tong sampah!
Ketika saya dan rombongan mencoba MRT pada tanggal 12 Maret yang lalu, seorang teman membawa gelas minuman di dalam gerbong. Dan langsung ditegur oleh penjaga kemanan agar langsung membuang di tempat sampah di stasiun pemberhentian.
Betul, di dalam gerbong MRT tidak disediakan tempat sampah, atau keranjang sampah, Â dan hanya ada pada stasiun pemberhentian. Artinya penumpang tidak boleh membuang sampah di dalam gerbong dan harus menyimpang sendiri hingga sampai pada pintu keluarnya.
Ini nampak kecil dan sepele, tetapi sesungguhnya inilah masalah besar bagi publik Indonesia, yaitu ketidakmampuannya untuk tidak buang sampah sembarangan. Walaupun di depan matanya sudah ada tempat sampah, tetapi tidak memanfaatkannya.
MRT akan berusaha untuk menertibkan penumpang agar menjaga kebersihan gerbong MRT dan stasiun MRT bebas dari sampah apapun. Untuk urusan sampah ini, Singapura menjadi acuan yang bagus ketika awal-awal mendisiplinkan rakyatnya, akan mengenakan denda bagi yang buang sampah sembarangan. Hasilnya, Anda bisa melihat bagaimana kota Singapura sangata bersih!
Mungkinkah Indonesia mampu mengubah budaya bersih ini melalui penerapan MRT ini? Harusnya bisa, karena walaupun MRT Jakarta Fase I ini, antara Lebak Bulus hingga Bundaran HI, kurang lebih 10an km, akan diteruskan pada fasae MRT ke II, dari Bundaran HI hingga kota.