Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Best Practices" dari Manajemen Kepatuhan

3 Februari 2019   00:52 Diperbarui: 3 Februari 2019   05:02 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu ke 3 (tiga) bulan Januari, 2019, mendapat tugas sebagai Lead Trainer Manajemen Kepatuhan (Compliance Management) untuk suatu perusahaan PMA industri alas kaki. 

Teringat betapa maraknya industri padat karya untuk ekspor sepatu bermerek internasional tahun 1992-an yang beroperasi di Jawa Barat (Tanggerang dan Bekasi) dengan segala aspek persaingan global; dimana diantaranya untuk suatu merek internasional Nike, pernah mengalami isu labor practice, dan saya diberi tanggung jawab bersama tim dari Nike Amerika dibawah Public Relations Burson Marsteller, menyiapkan Crisis Management menghadapi isu tersebut.

Di-tahun-tahun berikutnya mendapat kesempatan mengikuti Best Practices Review Sessions (dengan Quality Assurance ketat dibawah ahli dari Italia dan Canada) untuk sepatu ekspor, di pabrik sepatu Bata, ketika itu beroperasi di Jl. Kalibata, Jakarta. Pada minggu yang sama saya sedang melaksanakan pelatihan manajemen untuk manajer dan staf orang Inonesia yang dikirim oleh pimpinan perusahaan Korea; terbit berita di halaman depan Haian Kompas lembaran Ekonomi yang menyiarkan berita dalam kolom perindustrian dan tertulis :

Melambatnya pertumbuhan ekonomi global diyakini bakal berpengaruh ke industri dalam negeri. Namun, selalu ada peluang dan tantangan di setiap situasi. Optimisme mesti terus menyala. Pelaku industri alas kaki, misalnya, yakin kebutuhan alas kaki global akan tetap tumbuh seiring bertambahnya populasi dunia. Optimisme itu terlontar dari Ketua Pengembangan Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia, Budiarto Tjandra, terkait peluang ekspor alas kaki ditengah prediksi perlambatan perumbuhan ekonomi global.

Dari sumber informasi Global Business Guide, pengamat ekonomi dunia, dapat disampaikan beberapa hal penting secara singkat antara lain:

Indonesia's Footwear Industry -- Challenging Opportunities. 

The footwear industry plays an increasingly important role in Indonesia's manufacturing sector. Producing shoes for many global brands, footwear manufacturers are a vital job creator and an important foreign exchange earner for the country. Competitive labour costs have long convinced global brands to source footwear from Indonesia and have drawn in investment from China, Korea and other countries, but this advantage is in jeopardy today amid steep increases in minimum wages, with rival producer countries such as Vietnam just around the corner, ready to sell on the same ASEAN market. While the depreciation of the rupiah boosted Indonesia's competitiveness in 2013, a supportive exchange rate cannot be counted on in the long run.  

Statement diatas harus diterima, namun hasil usaha Pemerintah beberapa tahun lalu, dalam hal ini BKPM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, BI dan Dirjen Pajak; tidak kalah pentingnya fasilitas infrastruktur yang dibangun oleh Kementerian PUPR, juga Pemda dimana penanam modal melihat peluang berinvestasi.

Banyak dari pembaca belum tahu bahwa investasi modal asing dari Korea telah membuka pabrik pembuat sepatu bermerek internasional Adidas di desa dekat kota Kabupaten Jepara; baru mulai beroperasi 2 (dua) tahun ini, dapat mempekerjakan 8.000 karyawan berasal dari kabupaten Jepara sendiri maupun dari sekitar kota-kota berdekatan; juga memberi kesempatan beberapa manajer berpengalaman yang di tahun 1992an bekerja di pabrik persepatuan di Jawa Barat mendapat peluang kemabali bekerja disini.  

Pabrik ini telah mengekspor berpuluh-puluh kontener sepatu melalui pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. (Dari manajer dan staf pabrik ini saya juga mendapat informasi, di area desa di Jepara juga sudah beroperasi pabrik sepatu skala besar yang lain).

Saya cukup kagum dengan salah seorang staf (seorang gadis berumur 23 tahun sarjana hukum, sambil bekerja sedang menuntut S2, Magister Hukum, di kota Semarang) berpartisipasi aktif selama pelatihan dan meskipun masih relatif baru menangani Divisi Kepatuhan telah banyak terlibat dan cukup ahli menangani manjemen ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun