Jika kita dapat mawas diri, karena berpikiran terang, lebih mudah meninjau apa penyebab suasana diri menjadi negatif, mungkin karena:
- "Dihantui" dead-line
- Dihadapkan banyak tugas
- Terlalu berambisi
- Harus menghadapi konflik (dalam pekerjaan, relasi maupun dengan keluarga)
- Menghadapi masalah keluarga
- Mengahadapi masalah finasial
- Kendali berkomunikasi tidak baik
- Kurang informasi
- Terjebak kemacetan
Jika kita dapat menemukan penyebab suasana "galau" yang menimbulkan suasana negatif maka fokus pada penyelesaian penyebab itu dapat menghadapi perasaan negatif yang kita sadari harus kita rubah.
Tentu tidak mudah, perlu proses, perlu kesabaran, perlu usaha sungguh-sungguh, mungkin perlu bantuan pihak lain. Namun dengan kesadaran dan berfokus menghadapi hal negatif, kita mengarah pada pandangan dan tindakan positif.
Dalam ilmu komunikasi yang mempelajari media relations dikenal istilah "media framing"; yaitu pengarahan berita, laporan pandangan mata atau talk-show yang diarahkan agar pemirsa/pendengar ataupun pembaca mengikuti arah pandang pembuat/pemilik media (istiah lain "media setting"); baik itu media telivisi maupun media cetak.
Pengetahuan ini sesungguhnya dapat diterapkan dengan maksud baik agar diri pribadi kita juga bisa reframing, atau dalam hal untuk pribadi dapat dibuatkan istilah "brain setting"Â mengarahkan cara pandang/cara berpikir kita ke fokus yang positif.
Ada peristiwa atau keadaan negatif diluar kontrol kita, misalnya bila cuaca buruk, hujan angin, gelap, ataupun panas terik berdebu; yang tidak nyaman. Dalam cuaca demikian, tidak ada gunanya mengeluh, mengharapkan iklim berubah ideal seperti kehendak kita.
Mungkin cuaca tidak nyaman demikian menghambat pekerjaan lapangan kita, mengahmbat untuk tiba tepat waktu ditempat kita membuat appointment. Mungkin akibat cuaca buruk terjadi banjir atau kemacetan; bahkan cuaca matahari bersinar indah; menggoda banyak sekali manusia keluar berkendara, membuat jalan macet, gedung tempat kita akan berjumpa untuk suatu appointment, padat parker; bahkan sewaktu makan siang tidak mendapat tempat di resto/warung yang kita sudah rencanakan.
Mengapa mengeluh? Apakah kita dapat merubahnya? Secara fisik tentu tidak bisa; tetapi hati, perasaan dan cara pandang kita bisa merubahnya dengan reframing.
Maka kita ganti cara pandang: bila hujan deras kita bersyukur, petani dan hutan senang, mendapatkan air yang sangat dibutuhkan. Bila matahari bersinar terik, bersyukur mereka yang menjemur (batik tradisional, penjemuran ikan atau penjemuran kopi dan buah kakao, sangat bersyukur), mari ikut bersyukur.
Dalam usaha reframing dibutuhkan adaptasi, penyesuaian diri. Dalam mengahadapi hal-hal negatif perlu adaptasi. Bahkan bila ada seseorang dirundung duka karena anggota keluarga meninggal, anggota keluarga yang sangat dicintai; tentu normalnya kita berduka, namun kita diberi kemampuan adaptasi untuk reframing perasaan hati dan cara berpikir kita untuk tidak berlama-lama merasakan duka yang dapat menghambat bekerja kita secara normal.